kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk mengintip pabrik peracikan Prost Bir


Jumat, 12 Januari 2018 / 16:22 WIB
Yuk mengintip pabrik peracikan Prost Bir


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - UNGARAN. Tak terdengar bunyi bising mesin. Hiruk pikuk manusia juga tak terlihat. Padahal di dalam kompleks seluas 15 ha di Jalan Raya Semarang-Bawen KM.25 Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini berlangsung aktivitas produksi bir PT Beverindo Indah Abadi.

Perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki Orang Tua grup ini memproduksi tiga varian bir di sini yaitu Koning Ludwig Weissbier yang berbahan baku gandum (wheat). Jenis kedua adalah Prost Beer yang berbahan baku barley malt.

Dua varian ini memiliki kadar alkohol 4,9%. Dua varian diproduksi sejak Desember 2015 atau sejak awal beroperasinya pabrik ini.

Konig Ludwig adalah lisensi yang dibeli perusahaan dari salah satu perusahaan bir terkemuka di Jerman. Tak hanya membeli lisensi, standar produksi bir Beverindo juga sama dengan produsen bir Konig Ludwig di Jerman.

Varian bir ketiga yang diproduksi Beverindo Prost Alster yang merupakan blending bir dengan ekstrak lemon dengan kadar alkohol 2,9%. Varian ini baru diluncurkan di penghujung tahun 2017 lalu.

Kontan.co.id diundang PT Beverindo Indah Abadi untuk berkunjung ke lokasi pabrik bir mereka di Ungaran, Kamis (11/1). Ketiga varian bir perusahaan ini diproduksi dengan menggunakan satu mesin yang terbuat di Jerman.

“Untuk produksi bir ini mesin memiliki peranan yang sangat penting karena semua parameter dianalisa dengan input dan output yang sama, karena itu perlu mesin yang akurasinya tinggi. Mesin-mesin di luar Jerman ada yang bagus, tetapi untuk mesin bir saat ini, yang paling bagus Jerman,"ujar Budi Setiawan Raharjo, Business Unit Manager PT Beverindo Indah Abadi.

Budi mengatakan total kapasitas terpasang mesin yang dimiliki perusahaan saat ini sebesar 373.000 hektoliter per tahun. Namun, produksi riil bir saat ini berkisar 60.000 hingga 70.000 hektoliter per tahun.

Ada dua gedung yang menjadi pusat kegiatan di area pabrik ini. Fasilitas pertama adalah gedung dengan ukuran 100x60 meter. Di sinilah kegiatan produksi bir dilakukan yaitu mulai dari brewing atau ekstrasi bahan baku hingga proses menjadi bir.

Semua proses ini di bagian ini dilakukan secara mekanik atau oleh mesin, tanpa banyak sentuhan tangan manusia. Tak heran, tidak banyak karyawan yang terlihat di area ini selain peralatan mesin.

Ada setidaknya dua karyawan yang berada di ruang kontrol yang memantau semua proses agar tetap sesuai dengan standar yang ditentukan. Selain itu, dalam proses produksi ini, PT Beverindo Indah Abadi mendatangkan master brewer dari Jerman.

Di area ini juga terdapat laboratorium untuk mengecek bahan baku yang digunakan agar tidak terkontaminasi bahan kimiawi maupun mikorbiologi.

Proses di gedung pertama ini dimulai dari brewing atau ekstraksi bahan baku yaitu malt dan hops. Malt adalah barley (biji-bijian) atau gandum yang sudah diproses. Malt ini diimpor PT Beverindo Indah Abadi dari sejumlah negara di Eropa seperti Prancis dan Ceko. Hops adalah sejenis bunga yang tumbuh di Eropa, yang memberikan karakter rasa pahit dan karakter aroma pada bir.

Malt digiling menjadi butiran-butiran kecil dengan ukuran tertentu. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperbesar luas permukaan kontak dari malt terhadap air sehingga proses hidrolisa pati dari malt dapat berjalan lebih efektif. Salah satu hal penting dalam proses milling ini adalah sekam/husk dari malt dijaga agar tidak hancur. Sekam ini akan digunakan sebagai media saring/ filter alami pada proses selanjutnya.

Malt yang sudah digiling kemudian dicampur dengan air dan dipanaskan pada suhu tertentu untuk mengaktifkan enzim yang memecah pati menjadi gula dan protein menjadi asam amino, pepton, dan peptida. Kemudian, disaring untuk memisahkan cairan ekstrak malt dari sekam malt dan partikel-partikel tidak terlarut lainnya.

Air hasil penyaringan akan dilanjutkan ke tahapan proses selanjutnya sedangkan sisa ampas akan dibuang dan tidak akan diikutkan ke proses yang lebih lanjut. Selanjutnya, ekstrak malt (wort) dididihkan (boiling) untuk menggumpalkan protein dalam wort, menghentikan aktifitas enzim, melarutkan hops, menguapkan kelebihan air, menaikkan warna wort, dan sterilisasi wort.

Pendidihan wort dilakukan pada suhu 100 °C selama 60 menit. Penambahan hops dilakukan pada proses boiling dengan tujuan untuk memberikan aroma dan rasa pahit pada bir.

Tahapan terakhir dalam proses brewing adalah Whirlpool yaitu mengendapkan protein sebagai hasil dari proses boiling. Wort atau ekstrak malt kemudian didiamkan selama 20 menit dengan tujuan agar proses pengendapan sempurna dan selanjutnya akan didinginkan sebelum dipindahkan ke tangki fermentasi.

Ekstrak malt kemudian dicampur dengan yeast atau ragi untuk proses fermentasikan. Proses fermentasi ini berlangsung selama tujuh hari. pada suhu tertentu sesuai dengan karakter yeast yang digunakan. Selesai fermentasi, ragi/yeast akan diambil dan dipisahkan dari hasil fermentasi.

Setelah proses fermentasi selesai, bir harus dimatangkan lagi selama kurang lebih 3 – 4 minggu dengan tujuan agar proses fermentasi berhenti dan juga untuk membentuk aroma dan rasa pada bir.

Tahap selanjutnya adalah filtrasi bertujuan untuk menyaring sisa yeast atau yang masih ada di dalam bir sehingga didapatkan bir dengan penampilan yang jernih. Bir yang sudah melewati proses filtrasi selanjutnya akan disimpan di bright beer tank selama dua hari.

Hasil dari proses filtarsi adalah bir yang sudah siap untuk diisikan kedalam botol atau kaleng atau keg. “Kenapa batasnya cuma dua hari, karena bir yang sudah difilter ini kita anggap sudah kontak dengan bahan yang lain seperti media filter, makanya harus segera masuk ke botol untuk selanjutnya dipasteurisasi, karena tidak bahan pengawet sama sekali dalam bir yang kita produksi ini," ujarnya.

Sekitar 40 meter dari gedung produksi ini terdapat satu gedung lainnya yang juga tidak kalah pentingnya. Gedung berukuran 200x80 meter ini adalah tempat kegiatan filling and packaging dilakukan.

Bir yang sudah dihasilkan di gedung produksi dialirkan dengan pipa ke gedung ini untuk kemudian diisi dan di- packaging. Di gedung packaging inilah cairan bir dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti botol, kaleng dan keg. Keg merupakan kemasan khusus untuk restoran.

Semua proses di sini juga dilakukan oleh mesin. Untuk mesin kapasitas mesin pengalengan dalam satu jam bisa menghasilkan 20.000 kaleng bir per jam. Sedangkan untuk mesin botol, dalam satu jam mampu mengemas 30.000 botol bir per jam.

Tak heran tak sampai 10 karyawan yang terlibat di dalamnya. Mesin dalam proses packaging ini juga bekerja dalam diam, tidak banyak suara terdengar, hanya terlihat kaleng dan botol bir yang bergerak.

Semua bir yang diproduksi, menurut Budi, dipasarkan di pasar domestik. Saat ini sudah memiliki lima distributor di seluruh Indonesia. Pasar terbesar masih Jawa.

Pada tahun 2018 ini, rencananya perusahaan akan meluncurkan dua sampai tiga varian produksi baru pada semester pertama ini dan semester kedua nanti. "Kemungkinan ada dua sampai tiga varian, supaya orang Indonesia ada banyak pilihan, nggak cuma tau bir putih dan bir hitam," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×