kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri sepeda dalam negeri mulai ketar-ketir


Rabu, 03 September 2014 / 10:55 WIB
Industri sepeda dalam negeri mulai ketar-ketir
ILUSTRASI. JAKARTA,16/3-TILANG ELEKTRONIK YANG TERVALIDASI. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Industri sepeda dalam negeri mulai ketar-ketir melihat angka impor sepeda. Jika terus dibiarkan, pelaku usaha sepeda khawatir pasar sepeda domestik dipenuhi oleh sepeda impor.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), impor sepeda tahun 2013 naik 223,4% menjadi US$ 138,5 juta, dari realisasi impor tahun 2012 sebesar US$ 42,8 juta. Angka impor ini termasuk impor sepeda balap dan sepeda lainnya. 

Lonjakan impor ini tak lepas dari persaingan pasar sepeda di dalam negeri. Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) menduga, kenaikan impor karena harga sepeda impor lebih kompetitif.

Maklum saja, bea masuk impor sepeda utuh lebih murah ketimbang impor komponen sepeda untuk dirakit di dalam negeri. "Ini karena belum ada harmonisasi tarif bea masuk komponen sepeda dengan bea masuk impor sepeda utuh," kata Rudiyono Ketua Umum AIPI kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, bea masuk impor komponen sepeda dipatok 10%-15%. Adapun bea masuk impor sepeda cuma 10%. "Harus ada harmonisasi bea masuk, karena saat ini kebijakan tak berpihak ke industri dalam negeri," kata dia. 

Dengan kondisi itu, industri sepeda domestik mengimpor 10% kebutuhan komponen, seperti gear, dan rantai sepeda. Adapun frame, garpu, dan setang sudah bisa dipasok dari industri dalam negeri. 

Adapun kapasitas produksi sepeda dalam negeri adalah 2,5 juta unit per tahun. Sekitar 30%-40% setara 750.000- 1 juta unit di ekspor ke Eropa, Amerika Serikat (AS). Sedangkan 60% atau 1,5 juta unit untuk pasar domestik. Tahun ini, pasar sepeda domestik diperkirakan 5 juta - 5,5 juta unit, turun 10%-15% dari tahun lalu. "Penurunan karena ini tahun pemilu," terang Rudiyono.

Mengenai impor sepeda tahun ini, Rudiyono memprediksi angkanya mencapai 4 juta unit. Asalnya 70% dari Tiongkok, 20% dari Taiwan, sisanya dari Asia Tenggara seperti Malaysia. "Kami memilih ekspor, karena pasar dalam negeri dibanjiri sepeda impor," jelas Rudiyono.

Selain bea masuk, Rudiyono menyayangkan minimnya pengawasan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). "Banyak sepeda impor memakai satu SNI untuk banyak segmen. SNI sepeda gunung digunakan untuk sepeda jenis lain, ini tidak benar," katanya.

Ronny Lianto, Direktur Polygon Indonesia, produsen sepeda terbesar di Indonesia. mengaku mendukung upaya AIPI melakukan harmonisasi tarif bea masuk  impor bahan baku. "Kami mendukung usulan itu demi industri dalam negeri," terang Ronny.

Dengan produksi Polygon saat ini mencapai 600.000 unit per tahun, kapasitas terpakai pabrik ini mencapai 80%-90%. Adapun penjualan Polygon, sebesar 60% untuk pasar ekspor ke-50 negara, sisanya dalam negeri. Ekspor Polygon terbesar ke Eropa (60%-70%), AS (10%), Australia (5%), sisanya ke negara lain.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×