kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan PLN naik, namun laba turun


Jumat, 28 Juli 2017 / 06:39 WIB
Penjualan PLN naik, namun laba turun


Reporter: Azis Husaini | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat, penjualan tenaga listrik selama periode enam bulan tahun 2017 meningkat sebesar Rp 13,8 triliun atau 13,22%, sehingga menjadi Rp 118,5 triliun. Jika dibandingkan, periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 104,7 triliun.

Sementara laba bersih PLN pada semester I tahun 2017 sebesar Rp 2,3 triliun atau turun dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 7,9 triliun. Penurunan tersebut karena beberapa hal yang bersifat insidental. Seperti meningkatnya beban di luar operasi yang bersumber dari beban tahun 2013 sebesar Rp 3,1 triliun. Juga berkurangnya pendapatan selisih kurs sebesar Rp 2,1 triliun.

Direktur Keuangan PLN Sarwono menyatakan, pertumbuhan penjualan tersebut berasal dari kenaikan volume penjualan listrik menjadi sebesar 108,4 terra watt hour (TWh). Volume tersebut meningkat sekitar 1,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar 107,2 TWh

Peningkatan penjualan karena PLN berhasil selama semester I-2017 menambah kapasitas pembangkit sebesar 1.663 megawatt (MW) yang berasal dari pembangkit PLN sebesar 463 MW dan tambahan kapasitas dari listrik swasta aliasindependent power producer sebesar 1.199 MW. "Selain itu juga karena adanya menyelesaikan 1.489 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan gardu induk sebesar 5.750 MVA" ungkapnya dalam rilis, Kamis (27/7).

Peningkatan konsumsi ini juga didukung kenaikan jumlah pelanggan. Sampai dengan akhir semester I-2017, telah mencapai 65,9 juta atau bertambah 1,6 juta pelanggan dibandingkan dengan akhir tahun lalu yang sebesar 64,3 juta pelanggan. Sementara kenaikan konsumsi kWh didominasi oleh konsumsi listrik di golongan tarif industri.

Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional, yaitu dari 91,16 % pada 31 Desember 2016 menjadi 92,79% pada 30 Juni 2017.

Kata Sarwono, pada separuh pertama 2017 ini beberapa kondisi makro yang mempengaruhi penyesuaian tarif tenaga listrik, yaitu kurs dollar Amerika Serikat (AS), Indonesia Crude Price (ICP) dan/atau inflasi meningkat dibandingkan acuan APBN. Demi mendukung kepentingan masyarakat serta menjaga agar sektor bisnis dan industri tetap kompetitif, PLN memutuskan tidak menaikkan tarif.

PLN mengklaim telah menjalankan efisiensi pada beberapa elemen biaya operasi. "Tujuannya untuk menutup kekurangan margin usaha tersebut," kata Sarwono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×