Reporter: Gloria Haraito | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Produsen makanan kini tengah gembira mencicipi gurihnya laba dari makanan ringan (snack) keju. Meski belum bisa menyaingi pamor snack rasa cokelat, gurihnya rasa keju tetap menjadi daya tarik bagi konsumen. Tak ayal, rejeki podusen makanan pun semakin membumbung.
Sebetulnya, varian rasa keju bukan tamu baru di kancah snack nasional. Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani mengatakan, sepanjang tahun lalu, total omzet industri makanan dan minuman mencapai Rp 550 triliun. Dari angka tersebut, sekitar Rp 16 triliun berasal dari industri makanan ringan.
Jika diperinci lagi, varian rasa keju menguasai sekitar Rp 2 triliun dari total omzet industri makanan ringan. Di varian ini, ada tiga pemain besar yang bercokol, yakni PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Mayora Indah Tbk, dan PT Orang Tua (OT).
Franky menilai, ada beberapa faktor yang membuat mencuatnya snack keju. Salah satunya, "Berkembangnya pasar keju yang disebabkan strategi pemasaran dan harga," ujar Franky kepada KONTAN. Jadi maklum saja bila pamor keju tiba-tiba melambung kala Nabati Indonesia beriklan pada 2007 silam. Waktu itu, Nabati menelurkan stik Richeese Nabati yang dibanderol Rp 500 per unit. Sejak saat itu, wafer keju tiba-tiba menjadi primadona di industri snack.
Saat ini, Nabati memiliki 18 varian produk. Produk Nabati terdiri dari 10 varian Richeese, tiga varian Nabati Sipp, dan lima varian Richoco. Kehadiran produk-produk Nabati ini jelas bikin pemain lain ingin ikut unjuk gigi. Terbaru, PT Kraft Foods Company Indonesia baru saja merilis Kraft Keju Cake.
Gapmmi memprediksi, pasar snack keju masih akan melambung tahun ini seiring dengan pertumbuhan industri makanan minuman sebesar 8%. Adapun industri snack diperkirakan tumbuh di kisaran 6% sampai 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News