kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AEKI: Indonesia kesulitan tingkatkan ekspor kopi


Rabu, 15 November 2017 / 21:23 WIB
AEKI: Indonesia kesulitan tingkatkan ekspor kopi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kemtan), Produksi kopi Indonesia sepanjang tahun 2017 sekitar 637.500 ton. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kemtan Suwandi mengatakan, angka tersebut merupakan angka sangat sementara.

Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) pun mengatakan, rata-rata produksi kopi nasional berkisar 650.000 - 700.000 ton dalam setahun. Biasanya dari produksi tersebut Indonesia mengekspor sekitar 450.000 ton dalam setahun.

Pranoto memperkirakan hingga akhir tahun, jumlah ekspor Indonesia masih akan sama seperti sebelumnya. Menurutnya akan sulit meningkatkan ekspor kopi lantaran produksi kopi yang tidak kunjung meningkat.

Dia bilang, upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi kopi tidak berhasil. Apalagi, upaya penambahan produksi tersebut dilakukan dengan mengembangkan lahan kebun kopi.

 "Pengembangan lahan untuk kopi itu tidak bisa karena masih ada komoditas lain. Masih ada sawit, karet, dan kakao yang lebih menghasilkan uang. Pasti semua komoditas berebutan," ujar Pranoto.

Meski begitu, Pranoto berpendapat, produktivitas masing-masing kebun masih dapat diajukan. Namun, upaya peningkatan produktivitas tersebut harus dilakukan secara intensif dan memerlukan bantuan berbaga kementerian.

Menurutnya, Kemtan sebagai lembaga utama yang mendorong produksi kopi nasional sudah berupaya meningkatkan produksi kopi, hanya saja belum terdapat bantuan serta kerja sama dari kementerian-kementerian lain yang terkait.

Menurutnya untuk meningkatkan produksi kopi ini pun dibutuhkan bantuan dana serta Sumber Daya Manusia. "Dana untuk meningkatkan produktivitas tidak besar, yang paling penting itu adalah SDM untuk meningkatkan produksi," kata Pranoto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×