kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asa farmasi pada program pemerintah


Senin, 08 Mei 2017 / 10:16 WIB
Asa farmasi pada program pemerintah


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bisnis sektor farmasi masih mengalami pertumbuhan, meski kenaikan  di kuartal pertama tahun ini tipis. Beberapa emiten farmasi berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan single digit.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia Dorojatun Sanusi memprediksi, tahun ini sektor farmasi memang hanya bisa tumbuh di bawah 10%. "Diperkirakan hanya bisa tumbuh antara 7%-7,5%  atau Rp 70 triliun," katanya saat dihubungi KONTAN, Minggu (7/5).

Berdasarkan data GP Farmasi, penjualan farmasi nasional mencapai Rp 66 triliun pada tahun lalu. Salah satu faktor yang bisa mendongkrak bisnis farmasi di dalam negeri adalah permintaan obat dan alat kesehatan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Cuma, berdasarkan pengalaman sebelumnya, permintaan biasanya akan meningkat mulai kuartal dua dan selanjutnya. Maklum, pada empat bulan pertama setiap tahun, pengadaan obat dan alat medis lain masih dalam proses tender.

Meski demikian, agar kinerja industri farmasi ini tetap kuat, Dorojatun berharap kepada pemerintah agar menata ulang tataniaga obat bebas.  "Perlu kebijakan deregulasi untuk penjualan obat bebas yang saat ini terlalu banyak aturannya," pintanya.

Optimistis sehat

Emiten farmasi yang masih membukukan pertumbuhan penjualan selama kuartal I-2017 antara lain PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Perusahaan tersebut mencatatkan penjualan Rp 398 miliar, atau naik 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai Rp 379 miliar.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Frida O. Chalid optimistis, kinerja perusahaan semakin positif sepanjang 2017. "Perseroan menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pasar industri farmasi,” ujarnya, kepada KONTAN, Jumat (5/5).

Sekretaris Perusahaan PT Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan hal senada. Ia berharap, pada kuartal berikutnya penjualan bisa membaik lagi. Emiten berkode KLBF itu tidak memungkiri kinerja semua segmen usaha tumbuh merata menopang penjualan.  "Kuartal berikutnya tetap optimistis. Target penjualan kami tahun ini tumbuh 8%-10%," kata Vidjongtius, saat dihubungi KONTAN, Kamis (4/5).

Dalam laporan keuangan Kalbe per kuartal I-2017, tercatat penjualan neto Rp 4,89 triliun atau naik 7,7% dibandingkan tahun lalu, yang senilai Rp 4,54 triliun. Di sektor obat resep, Kalbe memang terbantu dari proyek e-katalog pemerintah, yang diklaim menyumbang 10%-15% dari total pendapatan tahun ini. Bila ditaksir nilainya sekitar Rp 100 miliar-Rp 200 miliar. "Pertumbuhan sekitar 10% per tahun," sebut Vidjongtius.

Setali tiga uang dengan PT Phapros Tbk yang juga mengandalkan penjualan dari kebutuhan JKN, yang masuk dalam daftar e-katalog. Anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia ini menang tender e-katalog senilai Rp 498 miliar. Nilai tersebut naik sekitar 83% dari nilai yang dimenangkan tahun lalu senilai Rp 271 miliar.

Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk Imam Arif Juliadi menuturkan, produk yang masuk daftar e-katalog mulai  proses lelang di kuartal pertama. "Tapi biasanya memang banyak di semester kedua," kata Imam, saat dihubungi KONTAN, Minggu (7/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×