kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis freight forwarding harus bertransformasi dalam sistem digital


Minggu, 14 Maret 2021 / 19:56 WIB
Bisnis freight forwarding harus bertransformasi dalam sistem digital
ILUSTRASI. Kapal pengangkut petikemas tengah melakukan kegiatan bongkar muat di Terminal Petikemas Surabaya akhir Januari 2021 lalu. Selama masa pandemi Covid-19 Pelindo III tetap melayani pengguna jasa dengan waktu operasi 24/7.


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki biaya logistik yang cukup mahal. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki biaya logistik 24% dari PDB . Padahal di Singapura, mencapai 8% dari PDB.  

Roland Permana, Founder dan CEO Zonasea menyebutkan yang menjadi penyebab biaya logistik meninggi salah satunya karena cargo imbalance, dimana pulau Jawa masih menjadi pusat dari pertumbuhan ekonomi, sehingga mengakibatkan inefisiensi pada transportasi laut karena kekurangan jumlah muatan balik dari wilayah atau daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah terutama pada wilayah timur Indonesia.

Dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah, sekaligus mengurangi disparitas harga, pemerintah melalui program Tol Laut dengan konsep Ship Promote the Trade, menyiapkan kapal dan menciptakan jalur pelayaran ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) demi menjaga ketersediaan barang dan menjamin kelangsungan pelayanan angkutan muatan serta penumpang.

Zonasea merupakan sebuah platform marketplace yang dapat menghubungkan pemilik kapal dengan pemilik muatan, yang umumnya berfokus pada angkutan curah, break bulk, angkutan cair, dan angkutan kimia melalui digital atau secara online. “Kami berharap dengan adanya Zonasea, pemilik kapal juga dapat mengisi kekosongan untuk perjalanan pulangnya sehingga dari pihak pemilik kargo bisa mendapatkan biaya pengangkutan yang lebih murah daripada biasanya. Dengan platform ini, perusahaan kapal tidak hanya fokus melayani hanya satu komoditas saja namun juga pada komoditas lainnya” ujar Roland Permana melalui keterangan pers.

Masa pandemi Corona saat ini, juga memaksa pemerintah dan banyak perusahaan mempercepat proses transformasi digital yang selama ini berjalan lambat atau bahkan belum dijalankan sama sekali. Salah satunya adalah dengan program National Logistics Ecosystem (NLE), yang merupakan platform yang menyelaraskan sistem informasi antara instansi pemerintah dengan swasta untuk simplikasi dan sinkronisasi arus informasi sejak kedatangan kapal hingga barang tiba di gudang, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi logistik nasional.

Roland  juga menyinggung bahwa industri maritim juga harus peka dalam menghadapi teknologi disruptif yang akan mengganggu atau bahkan merusak pasar yang sudah ada terutama di bisnis freight forwarder.

“Freight forwarder tidak dapat dihilangkan tapi bisa digantikan oleh aplikasi digital. Aplikasi yang memungkinkan pelanggan untuk mencari penyedia transportasi yang paling murah, melacak keberadaan barang secara real time, memperkirakan waktu tiba, dan juga terhubung langsung dengan instansi yang terkait melalui NLE,” ujarnya.

Teknologi juga dapat membuat pengiriman barang lebih mudah diakses oleh bisnis kecil, membuka perdagangan global bagi UKM yang sebelumnya harus berjuang untuk bersaing dengan pemain yang lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×