kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bulog jajaki peluang pasar sapi dari NTT


Minggu, 31 Januari 2016 / 20:58 WIB
Bulog jajaki peluang pasar sapi dari NTT


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perum Bulog berencana membeli sapi lokal langsung dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu dilakukan setelah tidak ada kesepakatan harga sapi antara Kementerian Pertanian (Kemtan) dengan para pengusaha sapi.

Sebagai langkah awal, Bulog tengah mengirim tim ke NTT untuk mempelajari seperti apa tata niaga pasar sapi di sana, sekaligus mencari petani dan pengusaha yang bisa dijadikan mitra Bulog.

Pada tahun 2016, Bulog memilih fokus membeli sapi dari domestik ketimbang impor. Apalagi sampai akhir Januari 2016, pemerintah belum memberikan surat penugasan mengimpor sapi maupun daging sapi.

Sementara itu, permohonan Bulog untuk melanjutkan impor daging sapi dari Selandia Baru sebanyak 8.000 ton masih belum dijawab Kementerian Perdagangan (Kemdag).

Padahal di sisi lain, harga daging sapi di pasaran masih tetap bertahan tinggi di angka kisaran Rp 125.000 - Rp 130.000 per kilogram (kg). Untuk menstabilkan harga Bulog telah mengeluarkan stok sapi miliknya sebanyak 4.000 ekor pada awal Januari.

Sementara saat ini, stok tersebut tinggal 2.500 ekor dan diperkirakan akan habis pada pertengahan Februari nanti. Demikian juga stok daging sapi tinggal 632 ton akan habis pertengahan Februari.

Direktur Komersial Bulog Fazri Sentoso mengatakan, stok sapi milik Bulog dikeluarkan untuk menstabilkan harga. Dengan adanya sapi Bulog, ia mengatakan harga daging sapi karkas bisa ditekan menjadi Rp 84.000 - Rp 94.000 per kg dan di pasaran tidak lebih dari Rp 105.000 per kg.

"Untuk menstabilkan harga, Bulog bisa menjual daging sapi tanpa mengambil untung," terang Fazri akhir pekan lalu.

Fazri mengakui, tidak mudah membeli sapi langsung dari petani. Pasalnya, para petani atau peternak sapi juga telah mendapatkan pinjaman dari perusahaan besar. Mereka akhirnya terikat harus menjual sapi ke pengusaha tertentu yang telah memberikan modal awal.

"Kalau langsung beli sapi dari petani, sekarang mungkin susah, karena sistemnya mereka sudah dikasih ijon juga," tuturnya.

Karena itu, Bulog tengah fokus mempelajari tata niaga perdagangan sapi di sana. Sebab ke depan, Bulog akan lebih fokus melakukan pengadaan sapi dalam negeri ketimbang impor.

Menurut Fazri tidak tertutup kemungkinan Bulog bisa juga menjalin kerjasama dengan petani melalui pemberikan fasilitas modal awal sehingga sapinya bisa dijual ke Bulog.

Pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) Semanan Kalideres Al Munir Mukhtar mendukung niat Bulog membeli sapi langsung dari NTT.

Menurutnya, dengan banyaknya stok sapi milik Bulog, maka RPH tidak kesulitan mendapatkan pasokan sapi dengan harga kompetitif. Selain itu, hal ini juga memberikan kepastian pasokan sapi ke pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×