kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cukai naik, industri rokok kurang ngepul


Selasa, 08 September 2015 / 06:09 WIB
Cukai naik, industri rokok kurang ngepul


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industri rokok kembali pusing setelah pemerintah melontarkan rencana kenaikan cukai sebesar 23% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Pelaku industri yang melinting tembakau ini menilai, rencana pemerintah tersebut tidak rasional, apalagi dilakukan saat kondisi ekonomi sedang lesu.

Ismanu Soemiran, Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri). menyatakan, rencana pemerintah tersebut akan menjadi bumerang bagi pemerintah. Dampak pelemahan daya beli saat ini sudah menurunkan produksi rokok hingga sebesar 12% sampai Juli 2015. "Penurunan produksi ini kali pertama sejak tahun 2003," kata Ismanu kepada KONTAN, Selasa (7/9).

Ismanu bilang, penurunan produksi rokok tak lepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang melemah. Ditambah inflasi yang juga naik tinggi, daya beli konsumen rokok menurun. "Dalam kondisi seperti ini, jika pemerintah mau menaikkan tarif cukai setidaknya cukup 6% - 8% saja," tawar Ismanu.

Sebagai gambaran, di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 pemerintah mengusulkan penerimaan cukai hasil tembakau naik 23% menjadi Rp 148,85 triliun. Angka ini setara 95,72% dari total target penerimaan cukai tahun depan senilai Rp 155,5 triliun.

Ismanu menganggap target ini tak realistis lantaran penjualan produk rokok tahun ini berpotensi turun 12% ketimbang tahun lalu. Jika tahun depan cukai rokok kembali naik, penjualan rokok bisa terperosok lebih dalam.

Keberatan rencana kenaikan cukai rokok juga dilontarkan Surjanto Yasaputera, Sekretaris Perusahaan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM). Surjanto bilang, jika pemerintah ngotot menaikan cukai, maka pihaknya tak punya pilihan lain selain menaikkan harga jual rokok. "Berapa besar kenaikan harga tergantung persentase kenaikan tarif cukai rokoknya," kata Surjanto.

Tahun ini Wismilak menargetkan volume penjualan rokok mereka tumbuh 16% - 18% dibandingkan tahun lalu. Namun jika tahun depan ada kenaikan harga akibat kenaikan cukai terlalu tinggi, Surjanto memproyeksikan penjualan rokok Wismilak berpotensi turun. "Berapa besar penurunannya masih sulit kami prediksi," ujar Surjanto.

Mengacu laporan keuangan Wismilak di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Juni 2015, penjualan WIIM naik menjadi Rp 879 miliar ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu Rp 734 miliar. Adapun laba Wismilak naik menjadi Rp 57 miliar ketimbang laba periode yang sama tahun 2014 senilai Rp 53 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×