kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GP Farmasi: Tren konsumsi suplemen masih tinggi


Minggu, 04 Februari 2018 / 20:31 WIB
GP Farmasi: Tren konsumsi suplemen masih tinggi
ILUSTRASI. INDUSTRI JAMU MODERN


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring meningkatnya konsumsi masyarakat, maka di situ pula permintaan akan suplemen bertumbuh. Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi, asosiasi pelaku industri farmasi, masih melihat pertumbuhan yang menjanjikan di segmen tersebut.

"Secara umum tren suplemen ini tergantung keadaan di masyarakat, namun sejauh ini pasarnya masih bagus," ungkap Vincent Harijanto, Ketua Litbang Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia kepada KONTAN, inggu (4/2).

Apalagi, kata Vincent, pemahaman masyarakat akan makanan tambahan dan tindakan preventif cenderung naik. "Sebab dari segi harga saja, konsumennya ini sudah pasti menengah ke atas, karena produk ini merupakan sebuah tambahan," katanya.

Namun secara umum, segmen suplemen masih belum sebesar produk farmasi lainnya seperti obat ethical. "Kalau obat ethical dengan BPJS kuantitasnya naik, meski secara harga ditekan," imbuh Vincent.

Sementara itu, produsen obat-obatan dan produk farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga tak melewatkan potensi dari segmen suplemen ini. "Saat ini produk suplemen mulai populer karena edukasi yang baik," kata Vidjongtius, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk belum lama ini.

KLBF dikabarkan menyiapkan belanja modal (capex) senilai Rp 1 triliun sampai Rp 1,5 triliun untuk pembangunan pabrik dan pengembangan produk baru. Beberapa produk yang akan dikembangkan meliputi, obat generik, obat bermerek, produk nutrisi dan produk kesehatan lainnya.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menyebutkan industri farmasi menjadi salah satu subsektor yang diharapkan berkontribusi signifikan untuk mencapai target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67%. Industri farmasi dinilai telah mampu menyediakan 70% dari kebutuhan obat dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×