kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga kakao masih sulit terangkat tahun ini


Senin, 29 Mei 2017 / 20:40 WIB
Harga kakao masih sulit terangkat tahun ini


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Konflik di Pantai Gading pada pertengahan Mei 2017 sempat diharapkan dapat mengangkat harga kakao di pasar internasional. Sebab sejak akhir tahun 2016 lalu harga harga kakao dunia anjlok di kisaran US$ 1.800 - US$ 2.000 per ton. Padahal sebelumnya harga kakao sempat menembus di atas US$ 3.000 per ton.

Ketua Umum Asosiasi kakao Indonesia (Askindo) Zulhelfi Sikumbang mengatakan, konflik di Pantai Gading sempat mengangkat harga kakao dunia sekitar 3% di kisaran US$ 2.000 per ton, tapi setelah itu kembali normal di kisaran US$ 1.800 - US$ 1.900 per ton. Hal itu terjadi karena konflik di Pantai Gading tidak sempat meluas dan menekan harga kakao dunia.

"Kami memprediksi harga kakao masih sulit naik sampai akhir tahun ini," ujarnya kepada KONTAN, Senin (29/5).

Zulhelfi mengatakan penyebab anjloknya harga kakao adalah melimpahnya pasokan kakao dari Pantai Gading. Saat ini negara yang berada di Afrika tersebut menguasai lebih dari 30% pangsa pasar kakao dunia, dengan produksi mendekati 2 juta ton per tahun. Bandingkan dengan produksi kakao dunia yang mencapai 4,5 juta ton per tahun.

"Sementara produksi di Indonesia hanya sekitar 340.000 ton saja, atau sekitar 9% dari total produksi dunia," imbuhnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, produksi kakao negara tersebut naik rata-rata 5% per tahun, atau setara 75.000 ton per tahun. Sebab di negara itu mata pencaharian utama hanyalah kakao. Sementara komoditas lain sulit berkembang.

Piter Jasman, Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) menambahkan, turunnya harga biji kakao ini berdampak positif bagi industri hilir dan konsumen. Karena biasanya harga kakao akan meningkat pesat.

Bila konsumsi kakao meningkat pesat, maka dengan sendirinya harga akan kembali naik. "Dengan harga yang naik maka akan mendorong para petani meningkatkan produksi. Demikian selanjutnya akan terjadi siklus yyang berulang," tuturnya.

Menurut Piter, penurunan harga kakao saat ini merupakan sesuatu yang wajar karena memang sikluasnya seperti itu. Apalagi saat ini, Pantai Gading juga tengah gencar-gencarnya meningkatkan produksi dari sebelumnya 1,7 juta ton menjadi hampir 2 juta ton dalam setahun.

Untuk mengantisipasi kerugian bagi petani, ia mendorong agar produktivitas kakao dalam negeri terus ditingkatkan. Sebab produksi kakao dalam negeri kurang dari setengah kapasitas terpasang industri kakao yang mencapai 800.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×