kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minim bantuan dari pemerintah, produksi rempah dalam negeri terus menurun


Senin, 23 Juli 2018 / 16:30 WIB
Minim bantuan dari pemerintah, produksi rempah dalam negeri terus menurun
ILUSTRASI. Pengepul biji kemiri


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi rempah tiap tahun dilaporkan mengalami penurunan. Penyebabnya, karena petani berhadapan dengan tanaman yang sudah berumur tua dan minimnya bantuan pemerintah dalam bentuk pendampingan dan pendanaan.

Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia, Gamal Nasir menyatakan, secara tahunannya produksi rempah terus mengalami penurunan 10%. Hal tersebut karena minimnya program bantuan dan intensifikasi tanaman.

"Makanya sangat disayangkan produksi kita terus turun, minim peningkatan mutu, padahal permintaan luar negeri tidak pernah habis," kata Gamal saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/7).

Sayangnya Gamal enggan menjelaskan berapa besar perkiraan produksi rempah-rempah tahun ini, tapi menurutnya produksi rempah di Indonesia masih di bawah 1 ton per hektare (ha).

Gamal melanjutkan, rempah sebagai komoditas ekspor jelas memiliki potensi untuk menyumbangkan devisa negara yang mumpuni. Oleh karena itu, niatan pemerintah untuk mengembalikan kejayaan rempah seharusnya digarap dengan serius. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pembinaan terhadap petani rempah, serta memudahkan akses pendanaan serta bantuan pupuk.

"Petani kita perlu diberikan bantuan intensifikasi terutama dalam waktu dekat, karena kalau program replanting makan waktu terlalu lama. Kemudian mutu dan kualitasnya juga harus ditingkatkan dengan pendampingan penyuluhan," kata Gamal.

Mengutip informasi Badan Pusat Statistika, pada tahun 2016 nilai ekspor rempah-rempah mengalami penurunan year on year sebesar 1,86 % jadi US$ 506,8 juta setara 316.200 ton. Namun tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 23,66% menjadi US$ 626,7 juta atau setara 325.800 ton.

Bila dilihat dari negara tujuan ekspor tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah, tercatat tahun 2017 ekspor terbesar masih ditujukan ke Pakistan dengan nilai US$120,4 juta, selanjutnya Thailand sebesar US$101,1 juta dan India sebesar US$84,4 juta.

Selain ketiga negara tersebut, negara-negara seperti Amerika Serikat, Vietnam, dan Myanmar juga merupakan negara tujuan ekspor yang cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×