kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panasnya harga baja bisa picu renegosiasi kontrak


Senin, 04 September 2017 / 19:43 WIB
Panasnya harga baja bisa picu renegosiasi kontrak


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Harga baja yang terlampau tinggi ternyata tak membuat senang semua pihak. Kekhawatiran mengenai penghitungan ulang proyek pun menguak karena harga yang sudah berubah.

Dari data PT Krakatau Steel Tbk, harga Hot Rolled Coil (HRC) atau baja canai panas pada Januari 2017 sebesar US$ 520 per ton. Sementara, Juni 2017 harga sudah melonjak menjadi US$ 622 per ton

Direktur PT Krakatau Steel Tbk, Purwono Widodo mengatakan, harga saat ini merupakan tertinggi dalam setahun terakhir. Kondisi ini, menurutnya, berpotensi mengganggu kalkulasi proyek yang sudah ditetapkan setahun sebelumnya.

"Biasanya dalam tender sudah ada perhitungan harga plus minus sebesar 10%, diatas itu pasti proyek berhenti. Untuk saat ini memang belum terjadi, tetapi bisa bahaya bila harga terus naik," tutur Purwono akhir pekan lalu.

Menurutnya, kenaikan harga ini lantaran faktor Cina. Negeri tirai bambu tersebut berjanji akan memangkas produksinya tahun ini sebesar 150 juta ton. Tahun lalu, produksi Cina mencapai 850 juta ton baja. "Selain itu mereka juga mau mengurangi ekspor dan mau digunakan untuk kebutuhan domestik," lanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Hidayat Triseputro mengatakan ada potensi kontraktor mengkalkulasi ulang perhitungan harga baja. Mengingat harga baja yang terus naik dibanding saat pasar domestik dibanjiri baja impor murah sebelumnya. "Trennya pun harga terus naik ke depannya," kata Hidayat kepada KONTAN, Senin (4/9).

Menurutnya renegosiasi akan berergantung pada penekenan kontrak perihal harga kontrak baja. Kemudian, opsi lain menurutnya, perusahaan bisa mentoleransi sesuai kesepaktan awal sehingga bila ada fluktuasi harga yang masih dalam ambang toleransi maka kontrak tetap harus dijalankan. "Kalau fluktuasi melewati toleransi maka bisa ada renegosiasi lagi," lanjut Hidayat.

Nizar Ahmad, Plt Direktur Utama PT KHI Pipe Industries mengatakan, kenaikan harga tersebut memberi pengaruh pada proyek yang sudah disepakati. Hanya saja, kontrak menurutnya tidak ada pengunduran dan tetap berjalan. "Semester kedua ini proyek banyak mulai masuk dari pipa Migas dari Pertagas dan Pertamina," kata Nizar kepada KONTAN, Senin (4/9).

Alhasil, KHI pun revisi target penjualan menjadi 138 ribu ton untuk tahun. Awalnya tahun ini KHI Pipe menargetkan penjualan 131.000 ton. Naik dari realisasi tahun lalu sebanyak 90 ribu ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×