Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak cuma pelaku usaha ritel yang stagnan dan cenderung lesu, PT Jasa Marga (Persero) Tbk mengabarkan hasil senada mengenai pundi-pundi pendapatan selama momentum Lebaran. Perusahaan berkode saham JSMR di Bursa Efek Indonesia itu tak mengantongi pendapatan signifikan dari H-7 sampai H+7 Lebaran atau periode mudik dan balik.
Agus Setiawan, Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, mengatakan, periode mudik hingga balik Lebaran hanya berlangsung 16 hari. Dus, kontribusinya tak signifikan terhadap total target trafik kendaraan selama setahun ini, yang sekitar 1,35 miliar kendaraan.
Lagipula selama momentum Lebaran kemarin, Jasa Marga justru kehilangan potensi pendapatan dari kendaraan golongan besar. Padahal kendaraan golongan besar membayar tiket tol lebih mahal ketimbang kendaraan pribadi yang umumnya menjadi angkutan mudik dan balik.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Perhubungan melarang truk melintas di jalan tol selama periode mudik dan balik Lebaran. Menurut pemberitaan KONTAN sebelumnya, Jasa Marga tak membolehkan truk bermuatan batu dan pasir melintasi tol Jakarta-Cikampek dari H-7 atau 19 Juni 2017 hingga H+7 atau 3 Juli 2017.
Sementara aturan untuk truk milik pelaku industri lebih luwes. Larangan melintas untuk truk itu berlaku sejak H-4 atau 23 Juni 2017 hingga H+4 atau 30 Juni 2017.
Sebagai gambaran, laporan keuangan Jasa Marga yang berakhir 31 Maret 2017 menyebutkan, tarif terjauh jalan tol Jakarta-Cikampek ruas Sistem Transaksi Tertutup untuk kendaraan golongan V sebesar Rp 31.000. Sementara tarif tol kendaraan golongan I Rp 10.500.
Kendaraan golongan V adalah truk dengan lima gandar. Sementara kendaraan golongan I meliputi sedan, jip, pikap atau truk kecil dan bus.
Alasan lain, selama momentum mudik dan balik Lebaran kemarin Jasa Marga justru harus keluar kocek lebih besar untuk meningkatkan pelayanan. Tujuannya mencegah kemacetan selama momentum tersebut. "Kami tambah gardu menjadi 31 dan kemudian membuat rest area sementara," ujarAgus kepada KONTAN, Selasa (4/7).
GT Cikupa ramai
Jasa Marga membagi titik evaluasi pundi-pundik pendapatan selama Lebaran dalam tiga gerbang tol (GT). Yaitu GT Cikupa untuk angkutan ke arah barat atau Sumatra dan GT Cikarang Utama untuk angkutan ke arah timur. Satu lagi, GT Cileunyi untuk angkutan ke arah selatan.
GT Cikarang Utama misalnya, mencatatkan trafik mudik sebanyak 857.302 kendaraan. Memang, volume trafik itu 26,37% lebih tinggi ketimbang hari normal. Namun, catatan trafik Lebaran tahun ini turun 2,79% kalau dibandingkan dengan Lebaran tahun 2016.
Sementara trafik balik GT Cikarang Utama mencapai 733.753 kendaraan atau meningkat 37,03% dari kondisi normal. Kalau dibandingkan dengan trafik Lebaran tahun lalu sebanyak 728.411 kendaraan, volume tersebut masih naik tipis 0,73%.
Catatan trafik mudik GT Cikarang Utama berkebalikan dengan GT Cikupa. Trafik mudik di tol tersebut justru meningkat 13,54% menjadi 387.401 kendaran ketimbang dengan periode yang sama tahun lalu. Kalau dibandingkan dengan kondisi normal, volumenya juga masih naik 14,97%.
Agus menduga, trafik GT Cikupa naik karena terimbas kondisi jalan tol di Sumatra. "Mungkin didukung juga oleh adanya perbaikan jalan dan pertumbuhan jumlah penduduk, faktornya sangat kompleks," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News