kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,72   -9,77   -1.06%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belum rekonsiliasi data, realisasi produksi batubara masih rendah


Minggu, 14 Oktober 2018 / 20:48 WIB
Belum rekonsiliasi data, realisasi produksi batubara masih rendah
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi batubara hingga bulan September masih terbilang jauh di bawah target produksi nasional. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi produksi dalam sembilan bulan terakhir ini baru sebesar 319,08 juta ton atau sekitar 65% dari target tahunan.

Jumlah itu hanya naik sekitar 8 juta ton dari realisasi produksi dari bulan sebelumnya. Data per Agustus menunjukkan, realisasi produksi batubara nasional sebesar 311,88 juta ton.

Apalagi, jumlah target produksi ditambah dari sebelumnya 485 juta ton, menjadi 506,9 juta ton. Hal ini menyusul diberikannya izin penambahan produksi sebesar 21,9 juta ton bagi 32 perusahaan.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, realisasi produksi per September masih berkutat di angka tersebut karena persoalan rekonsiliasi data.

Menurut Agung, realisasi produksi sejumlah 319,08 juta to itu belum termasuk data produksi dari para pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Daerah, karena data hasil rekonsiliasi IUP Daerah baru sampai akhir Juni.

Artinya, data yang masuk baru dari para pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). “Jadi yang sampai September itu (319,08 juta ton) dari PKP2B. IUP Daerah rekonsiliasinya sampai akhir Juni,” ungkapnya saat saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jum’at (12/10).

Lebih lanjut, Kepala Subdirektorat Pengawasan Usaha Operasi Produksi dan Pemasaran Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Dodik Ariyanto mengatakan, rekonsiliasi data tersebut akan dilakukan pada akhir bulan Oktober ini. Dodik juga bilang, apabila rekonsiliasi data sudah dilakukan, maka angka realisasi hasil produksi bisa meningkat signifikan, sebab seluruh pemegang izin pertambangan baik dari pusat maupun daerah akan memberikan laporannya.

“Sampai dengan September baru sebagian kecil data produksi yang masuk ke kami, jadi hanya beda 8 juta ton (dari realisasi produksi bulan Agustus). Pada akhir Oktober seluruh tambang izin Menteri dan juga IUP Daerah akan melaporkan produksi Triwulan III. Jadi akan signifikan perbedaannya,” kata Dodik saat dikonfirmasi KONTAN, Minggu (14/10).

Namun, Dodik tidak megungkapkan berapa jumlah perusahaan yang sudah melaporkan hasil produksinya per bulan September. Juga perusahaan mana saja yang memiliki produksi dan realisasi ekspor terbesar sepanjang sembilan bulan ini.

Ia juga masih enggan berkomentar terkait dengan perkiraan pencapaian produksi sampai akhir tahun nanti, apakah bisa memenuhi target, atau meleset dari target. “Saya harus cek dulu datanya. Saya belum bisa jawab (untuk perkiraan capaian target), masih menunggu data yang masuk akhir Oktober nanti,” imbuhnya.

Namun, berdasarkan data per Agustus 2018, lima perusahaan dengan realisasi produksi dan ekspor terbesar adalah PT Kaltim Prima Coal dengan realisasi produksi sebanyak 37,84 juta ton, dan ekspor 25,89 juta ton. Posisi kedua ditempati oleh PT Adaro Indonesia dengan realisasi produksi sebesar 28,99 juta ton, dan ekspor 25,70 juta ton.

Ditempat ketiga ada PT Kideco Jaya Agung dengan 22,40 juta ton realisasi produksi dan 16,61 juta ton ekspor. Sedangkan di posisi keempat dan kelima adalah PT Arutmin Indonesia dengan 16,83 juta ton realisasi produksi dan 4,33 juta ton ekspor, serta PT Berau Coal dengan realisasi produksi 15,62 juta ton dan ekspor 11,81 juta ton.

Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, tingkat produksi pada Semester II, biasanya akan lebih tinggi dibandingkan semester sebelumnya. Hal itu utamanya menyangkut faktor cuaca dan kesiapan teknis, seperti kapasitas alat berat.

Hendra bilang, jika dirata-ratakan, produksi batubara pada Semester I berada pada kisaran 30 juta ton per bulan. Meskipun rata-rata produksi antara Juli hingga September mengalami peningkatan, namun menurut Hendra, dengan sisa waktu tahun 2018 yang tinggal tiga bulan lagi, akan sulit untuk mencapai besaran produksi yang telah ditargetkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×