kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaya Agra Wattie menderita kerugian Rp 161,14 miliar


Minggu, 04 November 2018 / 20:33 WIB
Jaya Agra Wattie menderita kerugian Rp 161,14 miliar
ILUSTRASI. Listing Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri pengolahan karet pada kuartal III tahun 2018 ini rata-rata mengerut, meskipun masih mencatat keuntungan. Namun berbeda dengan perusahaan karet lainnya, pendapatan PT Jaya Agra Wattie Tbk pada kuartal III 2018 tercatat melorot. Emiten dengan kode saham JAWA menderita kerugian sebesar Rp 161,14 miliar atau kerugiannya sebesar 42,515% dibandingkan kerugian pada periode sama 2017 yang rugi sebesar Rp 113,28 miliar.

Mengutip laporan keuangan JAWA yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu, sebenarnya pendapatan Jaya Agra tercatat meningkat. Hal itu terlihat dari kenaikan penjualan bersih 39,44% menjadi Rp 583,14 miliar dari periode sama tahun 2017 yang sebesar Rp 418,19 miliar. Namun karena beban penjualannya juga meningkat 53% menjadi Rp 552,04 miliar dari sebelumnya Rp 360 miliar, maka JAWA masih menderita kerugian komprehensif sebesar Rp 161,14 miliar.

Lebih rinci, JAWA mencatat pendapatan yang berasal dari ekspor karet naik menjadi Rp 1,83 miliar dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 974,23 juta. Demikian juga penjualan karet dalam negeri naik menjadi Rp 237,34 miliar dari sebelumnya Rp 186,31 miliar, penjualan minyak dan biji sawit tercatat naik menjadi Rp 341,73 miliar dari sebelumnya Rp 228,732 miliar.

Peseroan juga tercatat memperdagangkan kopi dan teh. Untuk pendapatan di sektor kopi, mengalami penurunan menjadi Rp 207,26 juta dari sebelumnya Rp 750,46 juta dan perdagangan teh naik menjadi Rp 2,01 miliar dari sebelumnya Rp 1,42 miliar.

Penurunan harga karet dalam beberapa tahun terakhir telah memukul industri karet dalam negeri. Hal itu terjadi karena hampir 90% perkebunan karet merupakan perkebunan rakyat. Mereka yang tak kunjung mendapatkaan harga karet yang lebih baik memilih menebang pohon karet dan menanam tanaman lainnya yang lebih menjanjikan. Kondisi ini membuat produksi karet dalam negeri terus menurun dari tahun ke tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×