kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Bipolar bursa timah bikin bingung pembeli


Jumat, 27 Maret 2020 / 13:13 WIB
Pengamat: Bipolar bursa timah bikin bingung pembeli
ILUSTRASI. Aktifitas bongkar muat Timah di Pelabuhan sunda Kelapa, Jakarta (19/12). Pengamat menilai bipolar bursa timah membuat pembeli bingung. KONTAN/Muradi/19/12/2011


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Timah merupakan komoditas strategis dan komoditi tambang ekspor unggulan Indonesia. Kebutuhan timah dunia berkisar 200.000 ton per tahun, dan Indonesia berkontribusi sebesar 40% atau sekitar 80.000 ton per tahun. Tahun 2020, harga timah terus menurun sampai di bawah US$ 15,000 per metrik ton, harga ini lebih rendah US$ 5,000 per metrik ton dari sebelumnya, dan membuat negara berpotensi kehilangan pendapatan devisa sebesar US$ 400 juta.

Kondisi demikian terjadi dinilai karena pada akhir tahun 2019, Menteri Perdagangan memerintahkan kepada BAPPEBTI untuk mengijinkan JFX (Jakarta Foreign Exchange) 3 ikut memperdagangkan timah, selain ICDX (Indonesia Commodity & Derivatives Exchange).

Baca Juga: Tak berubah, harga emas Antam sudah naik 12,14% dalam sepekan

Abi Rekso pengamat perdagangan Asia Tenggara mengungkapkan, semakin tertekan dengan terbaginya bursa perdagangan timah di Indonesia. Pada akhir 2019 Mendag Enggar membatalkan Peraturan Menteri Perdagangan No.32/M-DAG/Per/6/2013 tentang Ekspor Timah. Dimana hal itu berkonsekuensi menjadikan dualisme bursa Timah Indonesia
 
Ketika terjadi bipolar perdagangan timah di Indonesia, maka banyak pembeli yang merasa bingung atas kebijakan tersebut. Di waktu yang sama pembeli timah Indonesia, kian beralih ke pasar perdagangan timah Singapura.

Abi merekomendasikan pemerintahan Jokowi untuk memperhatikan upaya pemulihan harga timah. Jika tidak ingin harga timah Indonesia terus merosot dalam pasar global.
 
"Presiden Jokowi, perlu meninjau kembali kebijakan dua bursa perdagangan timah di Indonesia. Selain itu, Peraturan Menteri Perdagangan No.32/M-DAG/Per/6/ 2013 tentang Ekspor Timah perlu dijalankan kembali. Karena dengan itu, harga timah Indonesia bisa kembali pulih karena menguatnya keyakinan pasar pembeli timah," kata dia dalam keterangannya, Jumat (27/3).

Baca Juga: Pemerintah diminta kaji ulang kebijakan perdagangan timah

Muncul dua Bursa yang kemudian dinilai merusak (disrupsi) acuan harga dan menyebabkan terpuruknya timah. Dampaknya, perdagangan timah Indonesia melalui secondary market di Singapura meningkat tajam, naik sekitar 100% sepanjang semester I/2019 disebabkan oleh menurunnya kepercayaan pihak asing terhadap pasar Indonesia.

Peningkatan perdagangan melalui secondary market di Singapura tersebut, juga mengakibatkan meningkatnya country risk perdagangan timah murni batangan di Indonesia. Pelaku pasar timah, khususnya end user, lebih memilih pembelian timah asal Indonesia melalui Singapura karena Indonesia dinilai rendah dalam kepastian hukum terkait dengan perdagangan timah murni batangan. 

Meningkatnya country risk tersebut, juga mendegradasi kedaulatan Indonesia dalam menentukan harga timah, dan menurunkan kepercayaan global terhadap Indonesia.

Sementara Investor Relation IPCC, Reza Priyambada menilai, turunnya harga timah karena menurunnya permintaan pasar. Mengingat timah merupakan bahan baku produksi semisal produk elektronik. Terganggunya pasar elektronik atau barang dengan bahan dasar timah, maka akan berpengaruh langsung terhadap Indonesia. 

Baca Juga: Ini dampak corona terhadap rencana bisnis emiten tambang batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×