Reporter: Ali Imron |
JAKARTA. Kontraktor pelat merah Wijaya Karya (Wika) tidak mau menunggu waktu lagi. Mereka melanjutkan pembangunan tahap kedua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Labuan, Banten. Pembangunan ini dilanjutkan usai merampungkan PLTU tahap pertama bulan ini.
Wika bakal memulai penggarapan tahap kedua itu pada September mendatang. Pembangunan itu akan menggunakan lahan seluas 20 hektare. “Lahan tersebut adalah sisa lahan dari pembangunan PLTU tahap I seluas 46 hektar,” kata Sektaris Perusahaan Wika, Natal Argawan, Minggu, 24/8 di Jakarta.
Guna pembangunan ini Wika menggelontorkan dana sebesar Rp 800 miliar. Nantinya pada tahap kedua ini, Wika juga akan membangun pembangkit dengan kapasitas sebesar 2x300 MW. Jadi sama persis dengan kapasitas pembangkit di tahap pertama.
Diperkirakan lamanya masa pembangunan itu selama 33 bulan. Ini artinya pembangunan tahap kedua itu akan rampung pada pertengahan 2012 mendatang. “Dan dipastikan mereka akan merekrut tenaga kerja untuk proyek ini sebesar 6000 orang,” katanya.
Manajer proyek PLTU Labuan, Eko Susilo bilang, PLTU Labuan tahap pertama akan siap beroperasi pada Desember mendatang. PLTU ini pun siap untuk mengalirkan listrik se-Jawa Bali sebesar 600 MW. “Kami memiliki 2 unit pembangkit yang masing-masing sebesar 300 MW untuk mengaliri Jawa Bali,” tukasnya.
Adapun bahan bakar utama untuk PLTU ini berasal dari batubara. Kapasitas total penampungan batubara mereka mencapai 12.000 ton. Sementara kebutuhan batu bara per hari di pembangkit itu mencapai 8.000 ton. “Dengan kapasitas itu maka mereka setidaknya memproses sekitar 1250 ton batu bara per jam selama sehari semalam” katanya.
Eko menjelaskan, nilai total investasi untuk pembangunan PLTU ini mencapai Rp 5 triliun. Adapun PLN baru memberikan uang muka 15 % untuk investasi ini. Sisanya ditanggung oleh konsorsium bank nasional seperti BRI, BNI dan BCA.
Pada pengerjaan ini, Wika hanya mengerjakan proyek-proyek sipil. Seperti pemasangan pembangkit dan pembangunan pabrik itu sendiri. Adapun mechanical engineering dikerjakan oleh kontraktor lain yaitu Truba. Untuk pengadaan generator dan mesin-mesinnya langsung dari Chengda China. “Nilai keseluruhannya mencapai Rp 1,3 triliun untuk pengerjaan fisik bangunan sampai pengadaan mesin-mesin pembangkit. Dan Wika mendapatkan nilai kontrak Rp 800 miliar. Sisanya dibagi rata buat Chengda dan Truba,” katanya.
Ketua Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sudarto bilang, meski kondisi sudah mulai membaik, kontraktor masih fokus pada pengerjaan proyek pemerintah. Terutama yang pembangunannya bersumber dari dana APBN maupun APBD. “Sementara untuk proyek swasta, kebanyakan masih pikir-pikir karena takut terkena kredit macet,” tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News