Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 13 perusahaan besi dan baja berhasil menyelesaikan program Corporate Assistance Program (CAP) Batch 3.0 yang digelar KADIN Net Zero Hub (NZH) bersama WRI Indonesia dan IBCSD.
Program ini untukmendukung transisi industri berat menuju ekonomi rendah karbon.
Sektor industri di Indonesia menyumbang sekitar 34% dari total emisi nasional, dengan subsektor besi dan baja menjadi salah satu penyumbang terbesar. Pada 2023, emisi dari besi dan baja mencapai 32 juta tCO₂e atau 2,6% dari total emisi nasional, serta 7–9% dari total emisi CO₂ global.
Melalui CAP Batch 3.0 yang berlangsung sejak 29 April 2025 selama lima bulan, perusahaan peserta mendapatkan pendampingan teknis untuk menyusun inventarisasi emisi gas rumah kaca (GHG), menetapkan target berbasis sains, dan merancang strategi awal dekarbonisasi.
Baca Juga: Begini Perkembangan Pilot Project Dekarbonisasi CCU Petrokimia Gresik
Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang SDM, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan, mengatakan bahwa dekarbonisasi bukan beban, tetapi peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain global sekaligus menjaga bumi untuk generasi mendatang.
"CAP memberi perusahaan panduan praktis tentang bagaimana dekarbonisasi dilakukan nyata, termasuk memimpin tim, komunitas, dan rantai pasok untuk bergerak bersama,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
Dodiet Prasetyo, Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, menambahkan bahwa CAP sejalan dengan kebijakan nasional, termasuk Peta Jalan Dekarbonisasi Industri.
“Program ini menunjukkan komitmen dunia usaha dalam mendukung industri rendah karbon. Pemerintah akan terus mendukung agar inisiatif seperti ini berjalan bersamaan dengan kebutuhan industri nasional,” ujarnya.
Baca Juga: Ini 9 Sektor Industri yang Jadi Prioritas di Roadmap Dekarbonisasi Kemenperin
Clorinda Wibowo, Senior Manager WRI Indonesia, menegaskan bahwa CAP membangun kapasitas internal perusahaan agar siap menghadapi perubahan regulasi, tuntutan pasar, dan ekspektasi investor terkait keberlanjutan.
“Tujuan utama CAP adalah memastikan pendekatan dekarbonisasi berbasis sains, terukur, dan sesuai praktik global,” katanya.
Direktur Eksekutif IBCSD, Indah Budiani, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
“Dekarbonisasi adalah perjalanan kolektif. CAP Batch 3.0 tidak hanya meningkatkan kapasitas teknis perusahaan, tetapi juga membangun jejaring kolaborasi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Baca Juga: Kemenperin Susun Peta Jalan Dekarbonisasi, Sembilan Sektor Industri Jadi Prioritas
13 perusahaan yang menyelesaikan CAP Batch 3.0 antara adalah PT Bakrie Pipe Industries, PT Dexin Steel Indonesia, PT Fumira, PT Krakatau Baja Industri, PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Krakatau Pipe Industries, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Southeast Asia Pipe Industries, PT Tatalogam Lestari, PT Tata Metal Lestari, PT The Master Steel Manufactory, dan PT Tri Sinar Purnama.
Perusahaan ini kini memiliki inventarisasi emisi, target pengurangan emisi berbasis sains, dan rancangan awal strategi dekarbonisasi sebagai pijakan implementasi.
Nicolas Bagus Setiabudi Koeswandi, VP of Capital Planning PT Tata Metal Lestari, mengaku program CAP membantu perusahaan memahami langkah dekarbonisasi nyata. “Penghargaan ‘Best Graduate’ menjadi dorongan untuk konsisten menuju bisnis rendah karbon melalui produk baja lapis kami,” ujarnya.
Sejak diluncurkan 2022, CAP telah mendampingi lebih dari 43 perusahaan dari berbagai sektor. Batch ketiga ini menargetkan sektor besi dan baja, yang memiliki intensitas emisi tinggi.
Selanjutnya: Melihat Penyebab Tingkat Efisiensi Bank Menurun
Menarik Dibaca: Promo McD Hari Momen HeBat 11 September 2025, Beli Paket HeBat Gratis Menu Receh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News