Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Sekitar 400 juta nener (benih) ikan Bandeng di eskpor oleh pembudidaya pembenihan ikan bandeng di Bali ke Filipina.
Realisasi ekspor tersebut dilakukan pada awal Januari sampai dengan bulan Juni karena waktu panen pada tambak bandeng Filipina itu dilakukan pada bulan September dan Oktober.
Selain ke Filipina, sebagian kecil lagi dari nener bandeng tersebut juga di ekspor ke Sri Lanka dan beberapa negara Asia lainnya.
Nener bandeng tersebut dikembangkan oleh pembudidaya rakyat yang ada di pulau Dewata itu bahkan pembudidaya nener bandeng tersebut juga mengisi pasar ke wilayah pantai utara Jawa.
“Harga ketika musim ekspor tiba, satu ekor nener dihargai Rp 300,” kata Made L. Nurdjana, Dirjen Perikanan Budidaya, kementerian Keluatan dan Perikanan di Jakarta, Jumat (21/5).
Made bilang, disaat musim ekspor tiba para pembudidaya nener bandeng di Bali tersenyum lebar karena bisa meraup dolar. Namun setelah bulan Oktober, biasanya ekspor mangkrak karena pembeli dari Filipina menghentikan budidaya bandeng karena memasuki musim angin barat yang membawa gelombang tinggi.
Pembudidaya pembesaran bandeng di Filipina banyak mengembangkan budidaya di pantai dengan cara membentangkan jaring apung di ponggir laut. Cara ini berbeda dengan cara pembudidayaan bandeng yang ada di Indonesia yang membuat sistem budidaya bandeng di daratan dengan membuat tambak-tambak.
“Karena berada dilaut, maka saat gelombang tinggi bisa membayakan budidayanya,” jelas Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News