kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Mari Beternak Teripang


Kamis, 14 Mei 2009 / 15:57 WIB


Reporter: Aprillia Ika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Permintaan akan hewan laut bernama teripang tergolong tinggi. Pasalnya, selain lezat, hewan ini juga berkhasiat menyembuhkan aneka penyakit seperti asma, darah tinggi dan diabetes.

Salah satu pembudidaya teripang jenis teripang pasir adalah As Santoso dan suaminya, Ata Santoso. Menurut As dan Ata, permintaan untuk teripang pasir datang dari Hongkong, Taiwan serta Korea. Jumlahnya sekitar dua sampai tiga ton perbulan. Sementara dari Timur Tengah, permintaannya mencapai dua ton per bulan. "Karena produksi kami sedikit, kami belum bisa memenuhi semua permintaan tersebut," tukas As.

Baik As dan Ata sudah berkecimpung di dunia jual beli teripang sejak 20 tahun silam. Namun, semenjak delapan tahun silam, pasangan suami istri ini memberi nama badan usaha mereka CV Kenanga 12 Bumi Laut sebagai badan usaha resmi untuk kegiatan ekspor teripang mereka.

Saat ini, pasangan As dan Ata sudah membina lebih dari sepuluh petani teripang di Makassar. Mereka menggunakan sistem budidaya bak, bukan laut. "Ini merupakan cara baru yang sudah kami kembangkan selama lima tahun terakhir," tukas Ata.

Setiap kali panen, As dan Ata bisa memasok sampai 2 ton teripang pasir untuk diekspor. Harga perkilonya bisa mencapai Rp 2 juta. Sehingga dalam sekali panen, As dan Ata bisa meraup omzet sebesar Rp 2 miliar. "Panen teripang setiap enam bulan sekali, dan tiap bak beda-beda masa panenannya. Karenanya, tak setiap bulan kami bisa panen," terang As.

Menurut Ata, budidaya teripang sangat rentan terhadap kondisi laut yang ada. "Kalau teripang sudah dimakan kerang atau kepiting, bisa-bisa kita rugi karena panen dini," ujar Ata. Sehingga Ata tertarik untuk membudidayakan teripang pasir di bak semen.

Prinsip budidaya ini mirip dengan budidaya di laut. Hanya saja, untuk bak semen, petani harus rajin mengganti air laut yang ada. Bak berukuran 2 meter x 5 meter bisa memuat sekitar 1.000 teripang. Akan tetapi, ketika teripang mulai membesar, bak ukuran itu hanya mampu menampung 300 ekor teripang siap panen saja.

Bibit teripang sebaiknya menggunakan bibit teripang hybrid yang sudah melalui proses rekayasa genetik. Sehingga bisa panen dalam waktu enam sampai delapan bulan saja. "Kalau pakai bibit teripang alam, sampai dua tahun beratnya hanya 1,4 kilo. Sementara kalau teripang hybrid, dalam waktu enam sampai delapan bulan bisa mencapai berat dua kilo," terang Ata.

Harga bibit teripang alam adalah Rp 12.000 per ekor. Sementara harga bibit teripang hybrid Rp 20.000 per ekor. Adapun untuk pakan, petani bisa memakai pelet SL1 sampai SL8. Harganya Rp 15.000 per kilo. "Kalau teripang hybrid hanya butuh tiga kilo pakan per ekor sampai siap panen. Kalau teripanga alam bisa sampai enam kilo pakan sampai siap panen," lanjut Ata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×