Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) membuka peluang utnuk mengembangkan bisnisnya di luar Cilegon. Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat daya saing dan memperluas jangkauan bisnis di tengah tantangan industri baja global.
Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan, menjelaskan bahwa selain terus mendorong pertumbuhan di kawasan industri baja dan kimia di Cilegon melalui sub holding Krakatau Sarana Infrastruktur, pihaknya juga tengah menjajaki potensi ekspansi ke wilayah lain.
“Namun demikian, Perseroan juga tetap mencari peluang dan menjalankan rencana pengembangan di luar Cilegon," ujar Akbar Djohan kepada KONTAN, Jumat (27/4).
Namun, saat ini perseroan akan berfokus ekspansi pada sektor penyediaan infrastruktur melalui sub holding Krakatau Sarana Infrastruktur sebagai backbone pertumbuhan industri baja dan kimia di Cilegon.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Pacu Produksi Baja Tahan Gempa pada Tahun 2025
Rencana ini hadir di tengah dinamika industri baja global yang semakin menantang. Terbaru, Inggris mengumumkan penutupan dua blast furnace milik British Steel di Scunthorpe, sebagai bagian dari transisi menuju teknologi yang lebih ramah lingkungan seperti Electric Arc Furnace (EAF).
Akbar menyebut, kasus tersebut menjadi pelajaran penting bagi industri baja, termasuk Krakatau Steel. Belajar dari kasus di Inggris, perseroan menyusun melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi hal tersebut.
Salah satunya, dengan menjalankan transformasi bisnis yang menekankan pada efisiensi biaya produksi serta terus berusaha meyakinkan stake holder pentingnya perlindungan pasar baja domestik. Selain itu, perusahaan juga terus mendorong adanya perlindungan terhadap pasar baja domestik agar industri nasional tetap kompetitif.
Baca Juga: Ini Strategi Krakatau Steel (KRAS) Hadapi Tantangan Global di Tahun 2025
Sementara itu, pasca insiden kebakaran pada pertengahan 2023, Krakatau Steel kini dalam tahap pemulihan. Perusahaan menargetkan pemulihan penuh operasional pada 2024 dan membidik pertumbuhan yang lebih agresif pada 2025, baik dari sektor baja maupun bisnis non-baja.
Di sektor non-baja, anak perusahaan seperti Krakatau Sarana Infrastruktur akan menjadi ujung tombak pertumbuhan. Sub holding ini telah menunjukkan kinerja positif dan akan terus didorong sebagai tulang punggung pengembangan infrastruktur industri nasional.
"Sub holding Krakatau Sarana Infrastruktur, secara historis telah menunjukkan pertumbuhan dan akan didorong untuk terus tumbuh di tahun 2025," jelasnya.
Terkait alokasi belanja modal (capex), Krakatau Steel memfokuskan investasinya pada penguatan infrastruktur dan peningkatan efisiensi produksi. Namun, ia masih belum merinci besaran yang dianggarkan. Akbar menegaskan bahwa semua pengembangan diarahkan untuk mendukung transformasi bisnis jangka panjang dan ketahanan industri baja nasional.
Selanjutnya: Northstar Tambang Persada Lepas 340 Juta Saham BUMA Internasional Grup (DOID)
Menarik Dibaca: Harga Redmi 10 Smartphone 1 Jutaan, Ini Spesifikasi yang Dibawa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News