Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ABM Investama Tbk (ABMM) yakin bisnis jasa pertambangan batubara yang dijalani melalui anak usaha, PT Cipta Kridatama, dapat bertahan di tengah ketidakpastian pasar batubara di Indonesia.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan, hingga kuartal III-2020, ABMM telah mencatatkan volume pengupasan lapisan batuan penutup atau overburden removal (OB) lebih dari 100 juta ton. Hasil ini sudah mulai mendekati target volume OB di tahun 2020 yang dipatok sebesar 150 juta ton.
Realisasi tersebut juga lebih tinggi ketimbang volume OB yang dicapai ABMM pada tahun 2019 lalu sebesar 95,54 juta bcm. “Sampai sekarang kinerja kami masih on track,” kata dia, Senin (19/10).
Baca Juga: Cipta Krida Bahari rampungkan distribusi 18 truk jumbo ke Afrika
Dia menyebut, di sisa tahun ini, ABMM memilih fokus mengeksekusi proyek-proyek jasa pertambangan yang sudah ada saja. Strategi penambahan kontrak baru akan diterapkan lagi pada tahun depan.
Dalam catatan Kontan.co.id, ABMM melalui Cipta Kridatama saat ini tengah mengerjakan 9 proyek jasa pertambangan batubara di 5 provinsi di Indonesia.
Kali terakhir produsen batubara ini memperoleh kontrak jasa pertambangan baru adalah di bulan Juni silam. Kala itu, ABMM mendapat kontrak jasa pertambangan baru senilai Rp 348,68 miliar dari PT Berkat Murah Rejeki di Kalimantan Selatan.
Di sana, ABMM akan menangani pekerjaan jasa lapisan tanah dan penyewaan alat berat dengan target OB sebesar 12,6 juta bcm.
Untuk mengejar kontrak baru di tahun depan, ABMM tentu sangat selektif. Perusahaan ini mengutamakan kontrak jasa pertambangan dari perusahaan yang lokasi tambangnya strategis. ABMM juga lebih memprioritaskan proyek jasa pertambangan jangka panjang.
“Kami mau proyek yang sustainable dan berjangka panjang, minimal 10 tahun atau seumur tambang,” ungkap Adrian.
Di sisi lain, Adrian tak menampik tren penurunan harga batubara global mempengaruhi kelangsungan bisnis jasa pertambangan ABMM. Beruntung, sejauh ini belum ada pelanggan-pelanggan perusahaan yang mengajukan revisi kontrak jasa pertambangan.
Pihak ABMM pun selalu berupaya membantu para pelanggan jasanya untuk bisa tetap beroperasi di tengah ketidakpastian industri batubara. “Mereka (para pelanggan) tentu kami bantu supaya tetap bisa beroperasi. Kembali lagi, view kami jangka panjang, sehingga harus saling bantu,” ujar dia.
Ia juga menambahkan, di tengah lesunya industri batubara, ABMM tetap melakukan upaya peningkatan kualitas alat-alat berat perusahaan untuk bisnis jasa pertambangan. Hanya saja, tahun ini fokus ABMM adalah menyewa beberapa alat berat alih-alih membeli alat berat baru yang berpotensi membutuhkan biaya investasi besar.
Baca Juga: Perusahaan batubara optimistis dapat menjaga kinerja produksi dan penjualan tahun ini
Manajemen ABM Investama pun berupaya mempertahankan kondisi arus kasnya sambil melakukan efisiensi di segala lini bisnis agar risiko penurunan kinerja keuangan bisa ditekan sampai akhir tahun nanti.
Sebagai informasi, ABMM menderita kerugian bersih sebesar US$ 3,42 juta di semester I-2020. Padahal, di semester I-2019, emiten ini sanggup meraup laba bersih sebesar US$ 5,23 juta.
Di sisi lain, ABMM mampu mengantongi pendapatan sebesar US$ 290,1 juta di semester I-2020 atau naik tipis 1,26% (yoy) dibandingkan realisasi pendapatan di semester I-2019 sebesar US$ 286,48 juta.
Selanjutnya: Perkembangan rencana akuisisi tambang batubara ABM Investama (ABMM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News