Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
"Masih perlu dicermati lagi rencana penambahan pasar baru, karena pada dasarnya pasar batubara itu-itu saja seperti India, Vietnam, atau China," ungkap dia.
ABMM juga fokus pada penambahan kontrak-kontrak baru di segmen jasa pertambangan batubara. Belum lama ini, anak usaha ABMM yakni PT Cipta Kridatama menandatangani kontrak jasa pertambangan senilai Rp 7,4 triliun.
Baca Juga: ABM Investama: Opsi perubahan RKAB produksi batubara bisa pengaruhi investasi
Kontrak tersebut dilakukan dengan PT Kuansing Inti Makmur, PT Karya Cemerlang Persada, PT Bungo Bara Utama, dan PT Bungo Bara Makmur.
Adrian menyatakan, kontrak baru tersebut kelak akan langsung terasa pada kinerja keuangan ABMM di tahun ini. Meski enggan menyebut target, ia memastikan pihaknya akan memprioritaskan tawaran kontrak jasa pertambangan batubara dengan durasi seumur tambang. "Kami juga lebih menginginkan kontrak dari mitra strategis yang punya rencana jangka panjang," ujar dia.
Sebagai catatan, ABMM belum merilis laporan keuangan tahun 2019. Per kuartal tiga tahun lalu, ABBM mengalami penurunan pendapatan sebesar 23,74% (yoy) menjadi US$ 443,41 juta. Sedangkan laba bersih perusahaan ini turun 62,66% (yoy) menjadi US$ 11,29 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News