Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang batubara PT ABM Investama Tbk berhasil mencatatkan produksi batubara sebesar 11 juta ton pada tahun 2019 kemarin. Jumlah ini meningkat 10% (yoy) dibandingkan realisasi produksi batubara emiten berkode saham ABMM tersebut di tahun 2018 sebesar 10 juta ton.
Hasil produksi batubara ABMM juga menyamai target awal yang ditentukan oleh perusahaan tersebut yakni 11 juta ton.
Baca Juga: Anak usaha ABM Investama (ABMM) teken kontrak Rp 7,4 triliun
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga menyampaikan, harga batubara global yang kerap mengalami koreksi tidak mempengaruhi aktivitas produksi ABMM. Lantas, ABMM pun terus memaksimalkan operasional tambang dari hulu hingga hilir serta mengintegrasikan kerja tiap anak usaha, sehingga target produksi batubara perusahaan tetap tercapai.
Untuk tahun ini, ABMM memastikan akan menaikkan target produksi batubara menjadi 15 juta ton terlepas dari apapun kondisi pasar batubara. "Kami punya rencana jangka panjang untuk terus meningkatkan target batubara dari tahun ke tahun," ujar Adrian, hari ini (24/2).
Perusahaan tersebut juga akan kembali memaksimalkan peralatan tambang yang ada untuk mengejar target batubara di tahun ini. Ia melanjutkan, mayoritas batubara yang diproduksi oleh ABMM diekspor ke luar negeri. Adapun pangsa pasar terbesar ABMM di luar negeri adalah India.
Baca Juga: Pemerintah buka peluang tingkatkan produksi batubara, ini kata APBI
Karena itu pula Adrian menilai pihak ABMM belum merasakan dampak virus Korona yang mengakibatkan perlambatan ekonomi China selaku konsumen batubara terbesar di dunia. Terlepas dari itu, ABMM tetap menyiapkan rencana untuk pencarian pasar ekspor baru di masa mendatang.
"Masih perlu dicermati lagi rencana penambahan pasar baru, karena pada dasarnya pasar batubara itu-itu saja seperti India, Vietnam, atau China," ungkap dia.
ABMM juga fokus pada penambahan kontrak-kontrak baru di segmen jasa pertambangan batubara. Belum lama ini, anak usaha ABMM yakni PT Cipta Kridatama menandatangani kontrak jasa pertambangan senilai Rp 7,4 triliun.
Baca Juga: ABM Investama: Opsi perubahan RKAB produksi batubara bisa pengaruhi investasi
Kontrak tersebut dilakukan dengan PT Kuansing Inti Makmur, PT Karya Cemerlang Persada, PT Bungo Bara Utama, dan PT Bungo Bara Makmur.
Adrian menyatakan, kontrak baru tersebut kelak akan langsung terasa pada kinerja keuangan ABMM di tahun ini. Meski enggan menyebut target, ia memastikan pihaknya akan memprioritaskan tawaran kontrak jasa pertambangan batubara dengan durasi seumur tambang. "Kami juga lebih menginginkan kontrak dari mitra strategis yang punya rencana jangka panjang," ujar dia.
Sebagai catatan, ABMM belum merilis laporan keuangan tahun 2019. Per kuartal tiga tahun lalu, ABBM mengalami penurunan pendapatan sebesar 23,74% (yoy) menjadi US$ 443,41 juta. Sedangkan laba bersih perusahaan ini turun 62,66% (yoy) menjadi US$ 11,29 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News