kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada 13 proyek masuk pendanaan non APBN


Jumat, 24 November 2017 / 12:35 WIB
Ada 13 proyek masuk pendanaan non APBN


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus menggenjot optimalisasi skema Pembiayaan Infrastruktur Non APBN (PINA) lantaran keterbatasan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sementara proyek infrastuktur yang akan dikembangkan masih membutuhkan dana sangat besar.

Saat ini terdapat 13 proyek infrastruktur yang sudah direncanakan masuk dalam pipeline PINA yang nilainya investasinya mencapai Rp 136,5 triliun. "Sebagian besar dari proyek Rp 136,5 tiliun ini akan berasal dari Non APBN," kata CEO PINA Ekoputro Adijayanto, Kamis (23/11).

Eko mengatakan, pihaknya akan menyeleksi proyek yang akan dibiayai PINA untuk ditawarkan ke investor berdasarkan Internal Rate of Return (IRR). Tingkat pengembalian modalnya harus visible dan bankable yaitu harus mencapai lebih dari 13%.

Total 13 proyek yang ada di pipeline tersebut memiliki IRR lebih dari 13%. "Sementara kalau IRR-nya di bawah 13%, ada skema VGF (viability gap fund) yaitu kerja sama antara pemerintah dan badan usaha," kata Eko.

Proyek pertama yang ada di pipeline PINA tersebut adalah Jalan tol di Sumatera Utara milik PT Hutama Marga Waskita dengan investasi mencapai Rp 13,4 triliun. Kedua, ada enam proyek pembangkit listik yang dimiliki oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dengan pembiayaan Rp 49,3 triliun.

Selanjutnya, Pembangkit Listrik Gas Diesel (PT Indonesia Power) dengan investasi Rp 2 triliun Bandara Kulon Progo Yogakarta yang konsesinya dimiliki oleh PT Angkasa Pura I dan PTPP dengan pembiayaan Rp 6,7 triliun.

Proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) fase 2 dan Aerocity dengan pembiayaan hingga Rp 30 triliun. Kemudian, proyek Pesawat R80 yang dikembangkan PT Regio Aviasi Industri (RAI) dengan investasi Rp 21,6 triliun, dan pengembangan Area Terintegrasi Pulau Flores-Flores Prosperindo, Ltd senilai Rp 13,5 triliun.

Eko mengatakan, dua proyek di antaranya diminati murni diminati oleh swasta yaitu proyek pesawat R80 dan pengembangan terintegasi Pulau Flores. "Sementara yang lain-lain ada ada swasta dan ada BUMN," tambahnya.

Pemerintah terus mendorong agar swasta turut terlibat dalam pengembangan infrastruktur. Sejauh ini, minat swasta untuk masuk ke PINA bermacam-macam tergantung keahlian yang dimiliki masing-masing investor.

Lebih lanjut, Eko mengatakan, baru-baru ini sudah satu perusahan swasta yang berhasil melaksanakan PINA yaitu PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dengan menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan infrastruktur asal Filipina.

Adapun pengembangan kawasan terintegrasi Flores akan dikembangkan oleh swasta. Saat ini, PT Flores Prosperindo memiliki lahan 1.300-an ha di sana yang akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata. 

Seentara proyek pesawat R80 akan dikembangkan untuk menyaingi pesawat jenis ATR 72 yang dibuat Boeing. Eko mengatakan, pada hari ini, Jumat (24/11), PT Regio Aviasi Industri (RAI) akan menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan investor asal Asia Tenggara untuk mengembangkan pesawat R80. "Jadi ini akan murni dibiayai swasta semua," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×