kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,47   7,12   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada apa dengan konsorsium PLTGU Jawa 1? Ginanjar dicopot dari Dirut Pertamina Power


Kamis, 31 Oktober 2019 / 20:22 WIB
Ada apa dengan konsorsium PLTGU Jawa 1? Ginanjar dicopot dari Dirut Pertamina Power


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Direksi Pertamina tiba-tiba mencopot Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar. Padahal performa progres PLTGU Jawa 1 berkapasitas 2x880 MW itu sudah mencapai 30% dan akan selesai 2021 mendatang.

Seperti diketahui sebelumnya, PLN sebagai pemilik proyek kelistrikan sudah memutuskan pemenang PLTGU Jawa 1 adalah konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz. 

Baca Juga: Pertamina Power dan Indonesia Power jalin kerjasama operation & maintenance power

Kemudian, Pertamina melalui PPI membentuk perusahaan patungan bernama PT Jawa Satu Power dengan kepemilikan 40% saham, Marubeni Corporation (40%), dan Sojitz Corporation (20%).

Proyek ini akan dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dengan investasi US$ 1,8 miliar. Saat ini dana yang sudah terserap US$ 275 juta dari lander JBIG. Adapaun proyeknya akan selesai 2021.

Proyek PLTGU Jawa 1 ini merupakan proyek yang terbilang cepat karena mampu melakukan financial close hanya dalam waktu 14 bulan. Belum lagi proyek ini juga bisa hemat jutaan dolar karena harga tanah yang lumayan murah.

Harga tanah di proyek tersebut saat itu hanya sekitar Rp 400.000 sampai Rp 900.000 per meter persegi. Lahan yang dibutuhkan seluas 21 haktare di kawasan Cilamaya.

Baca Juga: Empat pembangkit PJB meraih penghargaan Subroto Award

Informasi yang diperoleh Kontan.co.id pencopotan Ginanjar masih terkait soal harga tanah yang berhasil ditekan hingga sangat murah meskipun ada upaya untuk menaikkan harga tanah menjadi Rp 2,7 juta per meter persegi. 

Namun, direksi PPI tidak menyepakati harga Rp 2,7 juta per meter persegi tersebut dan akhirnya bisa ditekan sampai Rp 400.000-Rp 900.000 per meter persegi.

Selain masalah lahan, ada upaya juga untuk melakukan impor pipa gas dalam proyek PLTGU Jawa 1. Namun, pimpinan konsorsium tetap ingin membeli pipa dari dalam negeri, dan akhirnya impor tidak dilakukan karena ada aturan TKDN. Maklum, proyek listrik tenaga gas ini akan disuplai melalui FSRU dekat Cilamaya.

Ginanjar Direktur Utama Pertamina Power Indonesia irit bicara soal masalah yang terjadi di konsorsium PLTGU Jawa 1 termasuk asalan pencopotan dirinya apa benar terkait dengan lahan dan impor pipa gas. "Soal pemberhentian itu wewenang pemegang saham," katanya singkat, Kamis (10/31).

Baca Juga: PEP Cepu sumbang laba US$ 700 juta ke holding, Dirut PEP Cepu: Kami bisa hattrick

Komisaris Utama Pertamina Power Darmawan Samsu belum menjawab pesan singkat Kontan.co.id soal alasan pencopotan Ginanjar. 

Sedangkan Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani juga belum membalas pesan singkat Kontan.co.id soal nasib proyek PLTGU Jawa 1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×