Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Indonesia membidik Rusia sebagai pasar potensial untuk meningkatkan ekspor ikan di tengah anjloknya harga komoditas dunia saat ini. Adanya larangan pemerintah Rusia terhadap impor ikan asal Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa sebagai buntut krisis Ukraina, menjadi celah bagi Indonesia untuk memasok ikan ke negara tersebut.
"Ikan kita itu banyak, tapi akses pasarnya yang harus ditingkatkan. Nah, ada celah ke Rusia yang tidak lagi diisi oleh Amerika dan Eropa," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Kedutaan Besar Singapura, Rabu (26/8) malam. Peluang kerjasama ini menemukan titik terang setelah Susi mengadakan kunjungan ke Rusia pada 21-23 Agustus lalu, dan bertemu dengan Deputi Perdana Menteri Federasi Rusia Arkady Dvorkovich.
Selain memasok produk perikanan, ujar Susi, "Indonesia bisa belajar dari Rusia dalam pengembangan aquaculture telur ikan terbang yang produksinya merosot."
Menurut Susi, kedua negara juga telah memiliki kesamaan pandangan antara lain, pertama, ekspor ikan dan produk kelautan Indonesia ke Rusia. Kedua, peluang investasi sektor kelautan dan perikanan bagi pengusaha Rusia di Indonesia. Ketiga, penggalangan dukungan di forum internasional tentang perlawanan terhadap tindak illegal fishing (serious crime).
Keempat, penyelesaian tindak lanjut atas draft communiqe kerja sama Indonesia-Rusia tentang Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUUF). Kelima, pengelolaan perikanan bertanggung jawab, yang masih dalam tahap Wiakhir di pihak Rusia.
Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja menambahkan, pemerintah tengah menyiapkan pembangunan 15 integrated fishing center di beberapa wilayah di seluruh Indonesia. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengerek produksi hasil perikanan nelayan Indonesia dan menghasilkan produk yang memiliki kualitas baik dan berdaya saing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News