Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi penambahan kapasitas produksi sebanyak 3,5 juta kiloliter dari sejumlah produsen biodiesel eksisting dan pemain baru berpotensi terhambat. Tantangan utama berasal dari terganggunya lalu lintas manusia di tengah situasi pandemi corona (covid-19).
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan, instalasi mesin produksi tambahan membutuhkan peran serta tenaga asing dari beberapa negara seperti Malaysia dan negara-negara Eropa.
Baca Juga: Kebijakan DMO Sawit perlu pengkajian khusus terutama harga dan kesiapan pelaku usaha
Oleh karenanya, mobilitas tenaga asing yang terganggu di tengah pandemi turut menghambat realisasi penambahan kapasitas produksi. “Jadi banyak pabrik yang sudah siap untuk dibangun, tapi mesinnya tidak bisa dipasang karena kesulitan tenaga ahli dari asing,” kata Paulus ketika dihubungi Kontan.co.id pada Senin (20/7).
Sedikit informasi, investasi penambahan kapasitas produksi biodiesel sebesar 3,5 juta kiloliter berasal dari 4 pelaku industri yang terdiri dari produsen biodiesel lama serta pemain baru yang ingin melakukan investasi baru.
Penambahan kapasitas produksi tersebut mulanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biodiesel yang diperkirakan naik sekitar 3,2 juta kiloliter setelah program bauran bahan bakar biodiesel sebanyak 40% (B40) semula rencananya diterapkan tahun depan.
Maklum, kemampuan produksi produsen biodiesel sudah mendekati batas maksimal. Dari total kapasitas produksi terpasang sebesar 11,6 juta kiloliter biodiesel per tahun, utilisasi produksi produsen biodiesel sudah mencapai 10 jutaan kilolliter per tahun.
Sementara itu, sisa kapasitas yang belum terpakai tidak bisa diutilisasi sepenuhnya lantaran adanya kebutuhan untuk penghentian produksi untuk keperluan perawatan mesin, pencucian mesin, dan sebagainya.
Baca Juga: Harga CPO berpotensi terus menguat dan menguji level RM 2.700 per ton
Saat ini, pelaku Aprobi tengah melakukan pendekatan kepada sejumlah instansi berwenang seperti misalnya Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Badan Koordinasi Penanaman Modal serta sejumlah instansi lainnya untuk mengupayakan agar tenaga asing yang dibutuhkan untuk keperluan instalasi mesin bisa masuk ke Indonesia.
Sembari hal tersebut dilakukan, proses uji lab dan uji keekonomian bahan bakar B40 terus dilakukan dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. “Saya belum tahu berapa target penambahan kapasitas produksi yang bisa terealisasi sampai akhir tahun, karena saat ini sedang diupayakan tidak terhambat,” ujar Paulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News