kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ADA: Iklan digital tahun depan tumbuh 17%


Kamis, 05 Desember 2019 / 18:10 WIB
ADA: Iklan digital tahun depan tumbuh 17%
Rilis hasil online survey ADA, anak usaha Axiata Digital Service yang bergerak di agensi digital marketing


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. ADA, anak usaha Axiata Digital Service yang bergerak di agensi digital marketing merilis hasil online survey yang dilakukannya.

Melalui survey yang dilakukan terhadap 200 pelaku industri pemasaran menemukan tahun depan ekspektasi pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara cenderung melambat.

Survey tersebut menemukan 46,1% responden menganggap pertumbuhan konsumen melambat sedangkan 30,1% lainnya beranggapan pertumbuhan konsumen cenderung stagnan. Oleh karena itu, strategi pemasaran tahun depan pun bakal berubah.

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) sebut proses tender menara masih berjalan

Kiril Mankovski, Managing Director ADA menyebut segmen iklan digital akan bertumbuh tahun depan. Ia menyatakan pertumbuhan di segmen iklan digital mengalami pertumbuhan 13%-17% setiap tahunnya dan mengambil porsi yang besar dari belanja iklan perusahaan.

"Estimasi marketing budget iklan atau advertising market itu kira-kira US$ 3 miliar dan iklan digital sudah hampir US$ 1 miliar itu kira-kira sudah 30%," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/12)

Ia menyebutkan iklan ke media cetak akan susut, sedangkan televisi akan tumbuh sekitar 5% saja. Sedangkan media digital berpotensi tumbuh 17% sehingga budgeting iklan pada tahun depan akan banyak menyasar iklan digital ketimbang konvensional.

Faradi Bachri, Country Director Agency menambahkan bahwa tv masih berpeluang tumbuh tahun depan tetapi tidak besar. Sedangkan untuk media cetak dirinya menyampaikan sedikit mengalami penurunan hanya saja strategi perusahaan media saat ini dianggap tepat.

"Mulai ada grup-grup ada punya Emtek, CT Corp, Kompas Gramedia, GDP dan lain-lain. Grup-grup ini yang akan bikin konsensus dalam menentukan harga (iklan)," tambahnya.

Menurutnya karena sebelumnya perusahaan media tidak berkonsolidasi secara grup maka dari sisi perusahaan iklan susah menentukan standar. Saat ini dengan konsolidasi media menurutnya perusahaan media bisa menggarap potensi iklan digital dengan cukup baik.

Baca Juga: Ini outlook industri telekomunikasi tahun depan

William Martapura, Direktur Utama PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI) yang membawahi Suara.com juga mengkonfirmasi pertumbuhan tersebut. Apalagi pertumbuhan perusahaannya di kuartal III juga sejalan dengan tumbuh 16,45% menjadi Rp 23,54 miliar.

"Iklan ada dua jenis, yang pertama programatika yang dilempar ke ad network jadi semakin tinggi trafiknya semakin tinggi pendapatan. Kedua, secara old school ya tim sales kami jualan ke perusahaan-perusahaan untuk pasang iklan," ujarnya.

Ia menyebut Suara.com lebih banyak diakses menggunakan ponsel dengan porsi 85% sedangkan melalui komputer hanya 15%. Diluar itu, perusahaan juga melakukan engagement dengan aktif di platform media sosial seperti Facebook, Youtube dan Instagram.

"Klien kami baik yang pasang iklan maupun yang dibuatkan konten cukuop beragam mulai dari kementerian hingga perusahaan swasta," lanjutnya.

Sedangkan sampai kuartal III, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga mengalami pertumbuhan iklan 4,64% dari Rp 3,99 triliun menjadi Rp 4,17 triliun. Sedangkan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) mengalami penurunan pendapatan iklan 15,32% dari Rp 1,95 triliun menjadi Rp 1,65 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×