Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
SORONG. Kementerian Perhubungan meluncurkan kapal perintis bertarif murah dari Sorong ke Raja Ampat. KMP Lema yang memiliki rute Pelabuhan Penyeberangan Arar di Sorong ke Pelabuhan Penyeberangan Waigeo, pintu masuk Raja Ampat, ini mulai beroperasi, Sabtu (29/8).
Kementerian Perhubungan resmi menyediakan KMP Lema, kapal perintis rute Pelabuhan Penyeberangan Arar di Sorong-Pelabuhan Penyeberangan Waigeo, pintu masuk Raja Ampat, bertarif murah, Sabtu (29/8).
Para warga dan wisatawan dapat menumpang kapal berkapasitas 196 orang, 15 truk kecil, dan 10 sedan ini hanya dengan membayar Rp 91.000 untuk orang dewasa dan Rp 61.000 untuk anak-anak. Tarif ini berlaku sama bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
"Jarak tempuh dari Sorong menuju Waigeo sekitar empat jam," kata Kasubdit Angkutan Direktorat Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Cucu Mulyana, Jumat (28/8) di Sorong, Papua Barat.
KMP jenis Ro-Ro berkecepatan 11 knot per jam ini direncanakan beroperasi dua kali seminggu. Teknis pengoperasian diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Sorong.
Tarif KMP Lema ini relatif murah lantaran disubsidi pemerintah. Tarif resmi kapal cepat Sorong-Waigeo yang dioperasikan swasta berkisar sekitar Rp 200.000-Rp 300.000. Kapal cepat ini umumnya beroperasi setelah kursi penumpang terisi penuh, dan rentan pada gelombang tinggi. Sementara itu, KMP Lema, yang bertonase kotor 1.031 GT, tetap beroperasi dengan sedikit penumpang, serta mampu berjalan walaupun ketinggian gelombang mencapai 3-4 meter.
Terkait komposisi daya angkut, selain kursi, sebanyak 40 dari total kapasitas adalah kasur yang berada di dalam ruangan yang dilengkapi pendingin udara dan toilet. Ada pula kursi-kursi di geladak kapal yang memiliki panjang 56 meter.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kementerian Perhubungan Eddy Gunawan berharap, KMP Lema ini mampu membuka konektivitas warga di daerah terisolasi sehingga menumbuhkan ekonomi lokal.
Warga, kata Eddy, tak perlu lagi menyewa kapal secara swadaya untuk mengangkut alat-alat berat. Ongkos sewa kapal ini dinilai terlampau mahal dan memberatkan warga kecil.
"Selain itu, semoga pengoperasian KMP Lema bisa membuat pariwisata lokal semakin berkembang," kata Eddy.
Tak menutup kemungkinan jadwal pengoperasian rute Pelabuhan Penyeberangan Arar-Waigeo ditambah. Hal ini tergantung permintaan warga. (Hindra Liauw)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News