Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kerusuhan sempat melanda sejumlah wilayah di Papua dalam beberapa waktu belakangan ini, namun PT Freeport Indonesia (PTFI) mengklaim hal itu tidak mengganggu kinerja operasional perusahaan tambang tembaga dan emas tersebut.
Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama memastikan, hingga Rabu (21/8) operasional PTFI masih berjalan normal. "Sejauh ini operasional tidak terganggu," kata Riza.
Meski terjadi kerusuhan di sejumlah wilayah di Papua dalam beberapa waktu terakhir, namun Riza membantah kabar adanya pemulangan karyawan PTFI. "Tidak, masih normal saja," sambungnya.
Baca Juga: Antisipasi pergerakan KKB dari Nduga, pasukan TNI disebar, termasuk di Freeport
Kendati begitu, Riza mengatakan PTFI memang melakukan antisipasi, dengan memberikan himbauan kepada karyawan dan anggota keluarganya untuk membatasi kegiatan dan perjalanan.
"Kami menghimbau karyawan dan anggota keluarga untuk membatasi perjalanan yang tidak diperlukan," ungkap Riza.
PTFI saat ini mayoritas sahamnya sudah dimiliki oleh entitas Indonesia. Sebanyak 51,23% saham salah satu tambang emas terbesar di dunia itu dimiliki oleh holding pertambangan BUMN sejak 21 Desember 2018 lalu.
Mengoperasikan tambang di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, PTFI kini tengah melakukan penambangan terbuka tahap akhir. Sembari melakukan transisi tambang bawah tanah (underground mine).
Akibatnya, kinerja produksi dan penjualan komoditas mineral PTFI mengalami penurunan. Sepanjang semester I-2019, produksi maupun penjualan tembaga dan emas PTFI turun lebih dari separuh dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Baca Juga: Bupati Mimika marah Menteri Jonan pimpin Upacara HUT RI di area Freeport, kenapa?
Dalam laporan semester I-2019 Freeport-McMoran (FCX) disebutkan, produksi tembaga PTFI tercatat sebesar £ 270 juta atau turun 58,96% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Sementara produksi emas PTFI juga menukik hingga 76,32%. Hingga akhir Juni, PTFI memproduksi emas sebanyak 316.000 ounces. Penurunan tersebut diprediksi akan terjadi hingga selesai masa transisi underground mine.
Adapun, rata-rata pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan mencapai US$ 0,7 miliar per tahun untuk periode empat tahun dari 2019 hingga 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News