kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,20   -6,16   -0.66%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi, kebiasaan berbelanja masyarakat kombinasi antara online dan offline


Jumat, 16 Oktober 2020 / 19:04 WIB
Ada pandemi, kebiasaan berbelanja masyarakat kombinasi antara online dan offline
ILUSTRASI. Belanja online dan belanja offline


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa pandemi, kebiasaan konsumsi atau berbelanja masyarakat sudah berpadu antara offline dan online.

Hal ini, sesuai dengan hasil survei cepat yang dilakukan MarkPlus, Inc. pada 104 responden di seluruh Indonesia dengan kelompok usia mayoritas di 25 sampai 45 tahun.

Dalam paparannya, responden di bawah 34 tahun lebih sering mengunjungi mall dibandingkan usia di atasnya dengan frekuensi 1 sampai 3 kali per bulan.

Sebanyak 42,9 % responden non-Jabodetabek mengaku perlu memastikan kualitas fisik barang yang ingin dibeli dan 50% responden Jabodetabek mengunjungi mall untuk mencari hiburan.

Baca Juga: Ini peluang bisnis baru yang menjanjikan saat pandemi, penasaran?

Head of High Tech, Property & Consumer Good Industry MarkPlus, Inc. Rhesa Dwi Prabowo juga mengatakan di masa pandemi ini, peritel perlu menjajal platform online jika tidak ingin sekadar menjadi showroom.

“Kategori produk yang dibeli secara online bukanlah produk yang urgent, hanya kebutuhan tersier. Sedangkan produk yang lifecycle-nya lebih pendek masih dibeli secara offline,” kata Rhesa dalam The 2nd MarkPlus Industry Roundtable: Retail Industry Perspective yang digelar virtual pada Jumat (16/10).

Selain mengunjungi mall di masa pandemi, masyarakat memiliki alternatif channel berbelanja online dan offline. 84,2 persen responden Jabodetabek lebih menyukai berbelanja di e-commerce.

Sedangkan 65,7% responden non-Jabodetabek lebih memilih berbelanja di convenience store. Hal ini perlu menjadi perhatian para pemain ritel agar bisa memadukan toko fisik dan toko daring dengan tepat.

Meskipun pola perilaku belanja selama pandemi sudah beralih secara digital namun kombinasi antara online dan offline masih diminati oleh masyarakat.

Sebesar 44,1% responden Jabodetabek mencari dan membeli produk secara online, namun 66,3% mengaku mengalami kendala karena tidak bisa memastikan kualitas produk yang dibeli.

Sedangkan 37,1% masyarakat non-Jabodetabek mencari produk secara online dan membelinya secara konvensional.

“Setelah Covid-19 selesai, 39,4% mengaku akan mengubah perilaku mereka menjadi lebih omni. Dimana mereka mencari produk secara online dan membeli secara offline,” sambung dia.

Baca Juga: Dropezy luncurkan layanan pengiriman belanja online mikro

Hasil survei juga menyajikan perbedaan kelompok barang yang dibeli secara online dan offline. Di toko konvensional, 78,8% responden membeli kebutuhan pokok, 71,2% bahan makanan segar, dan 69,2% makanan dalam kemasan.

Sebaliknya, pada channel online barang yang paling banyak dibeli adalah produk fashion sebesar 53,4% oleh responden non-Jabodetabek usia di bawah 34 tahun.

Lalu produk kesehatan 49% oleh responden Jabodetabek berusia di atas 34 tahun, dan 47,1% responden berusia di bawah 34 tahun memilih membeli produk kecantikan via daring.

Selanjutnya: Fenomena peritel makanan berjualan di JPO, ini kata APPBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×