Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor daging jenis lembu (sapi dan kerbau) berpotensi mengalami lonjakan pada 2025 mendatang. Hal ini seiring langkah pemerintah yang hendak menggulirkan program makan bergizi gratis.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia (APPDI) Teguh Boediyana mengatakan, salah satu menu makanan bergizi gratis akan mengandung protein hewani yang tentu diperoleh dari daging. Dari situ, kebutuhan daging untuk program makan bergizi gratis akan meningkat signifikan.
Tentu tidak mungkin seluruh kebutuhan daging tersebut didapat dari hasil produksi dalam negeri. Sebagai gambaran, Badan Pangan Nasional (Bapanas) pernah menyebut, total kebutuhan daging sapi-kerbau nasional mencapai 774.410 ton pada 2024 dengan produksi dalam negeri diperkirakan sebesar 268.324 ton. Adapun kuota impor daging tahun ini tercatat sebanyak 270.352 ton.
"Kemungkinan besar impor daging akan meningkat lebih tinggi pada tahun 2025," ujar Teguh, Rabu (30/10).
Baca Juga: Importir Daging Membidik Cuan dari Makan Gratis
Pihak APPDI belum bisa memproyeksikan total kebutuhan impor daging lembu pada 2025 mendatang seiring berjalannya program makan bergizi gratis. Ini mengingat kuota impor daging ditetetapkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi dalam negeri.
Lagi pula, Presiden Prabowo Subianto mengubah nomenklatur sejumlah kementerian, sehingga APPDI belum mengetahui secara pasti apakah pembahasan dan penetapan kuota impor daging akan dilakukan oleh Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Ekonomi atau Bidang Pangan.
"Biasanya ada Rakortas (Rapat Koordinasi Terbatas) untuk penetapan kuota impor daging pada bulan November nanti, tapi kami masih menanti kepastian siapa yang menangani program ini," ungkap dia.
Terlepas dari itu, APPDI memastikan para anggotanya siap mendukung kebijakan makan bergizi gratis dan memastikan pasokan daging untuk program tersebut dapat terpenuhi. Jika tidak ada gejolak ekonomi global, semestinya kegiatan impor daging pada 2025 dapat berjalan lancar.
Terlebih lagi, pemerintah sudah membuka pintu lebih lebar untuk mengimpor daging. Dahulu, daging yang diimpor Indonesia terkonsentrasi berasal dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Kanada. Sekarang Indonesia memiliki lebih banyak opsi untuk mengimpor daging, misalnya dari India dan Brazil.
Teguh juga menyebut, jika program makan bergizi gratis langsung dilaksanakan pada awal 2025, maka saat itu pula lonjakan impor daging lembu akan terjadi. Sebab, pada periode yang sama, para importir juga mesti menyiapkan lebih banyak pasokan daging untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran Idulfitri yang berlangsung pada kuartal I-2024.
Capaian impor daging
Sebagaimana diketahui, badan Pusat Statistik (BPS) menyebut realiasi impor daging lembu tercatat sebesar 99.120 ton pada Januari-September 2024. Volume impor ini setara dengan nilai US$ 375,68 juta.
Mayoritas impor daging Indonesia berasal dari Australia, India, dan AS. Rinciannya, impor daging dari Australia mencapai 71.400 ton, India 11.890 ton, dan AS 6.670 ton.
Teguh mengungkapkan, sebagian besar impor tersebut berupa daging beku yang telah terealisasi 70% sampai 80% dari total kuota impor daging tahun ini. APPDI juga menyebut Indonesia juga mengimpor daging dalam bentuk sapi hidup yang realisasinya sudah sekitar 30%--40%. Sapi hidup ini akan digemukkan selama tiga bulan paska diimpor, baru kemudian disembelih dan diolah dagingnya.
Berkaca pada realisasi tersebut, APPDI memandang bahwa bisnis importasi daging lembu masih sangat menjanjikan. Pasalnya, kebutuhan daging di Indonesia terus meningkat sedangkan produksi lokal terbatas..
"Faktanya banyak pihak yang masih melakukan impor daging, sehingga membuktikan bahwa bisnis ini masih mampu menghasilkan margin yang menguntungkan," pungkas Teguh.
Baca Juga: Anggur Shine Muscat China Mengandung Pestisida Berbahaya, Ini Langkah Bapanas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News