kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Adanya Penurunan Ekspor 35%, HIMKI: Industri Furnitur Tidak Sedang Baik-Baik Saja


Minggu, 22 Oktober 2023 / 20:25 WIB
Adanya Penurunan Ekspor 35%, HIMKI: Industri Furnitur Tidak Sedang Baik-Baik Saja
ILUSTRASI. Pengunjung dari mancanegara mengamati berbagai mebel?saat?pameran Indonesia International Furniture Expo


Reporter: Shobihatunnisa Akmalia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengungkapkan penurunan kinerja ekspor pada delapan bulan terakhir ini. Di mana rata-rata secara nasional menurun lebih dari 35%.

Hal ini karena adanya pengaruh dari penurunan permintaan di pasar utama, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa atau pasar tradisional berbanding lurus dengan kinerja operasional produksi industri.

Baca Juga: Kemenperin dan Dekranas Selenggarakan Pameran Asta Karya Nusa

Menurut Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur, adanya penurunan ini merupakan dampak dari geopolitik perang Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan. Tidak hanya itu, beberapa perusahaan bahkan mengalami penurunan lebih dari 35%.

"Dari beberapa informasi yang kami himpun dimana terdapat beberapa perusahaan yang penurunannya bahkan mencapai lebih dari 35% atau dengan kata lain utilisasi produksinya hanya maksilal 65% dari kapasitas terpasang yang dimiliki." ungkap Abdul kepada Kontan.co.id, Minggu (22/10).

Saat ini, industri furnitur tengah mengalami beberapa tantangan. Pertama adalah industri harus membuka jalan ke pasar non tradisional seperti ke India, Timur Tengah, China dan juga harus menargetkan ASEAN sebagai target utama.

"Untuk saat ini tantangan terbesar produk furniture adalah bagaimana usaha kami dan dukungan pemerintah untuk memulihkan pemasaran, terutama pasar ekspor. Dengan demikian tantangannya adalah harus membuka jalan ke pasar non tradisional seperti ke India, Timur Tengan, China malahan harus menjadi target utama dan tentunya pasar ASEAN," ucap Abdul.

Baca Juga: Agar Industri Mebel Domestik Semakin Maju, Ini Pesan Jokowi ke Pengusaha

Tantangan kedua adalah masalah pemenuhan persyaratan untuk ekspor selain Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Forest Stewardship Council (FSC). Hal ini akan menambah rumit dengan adanya aturan Undang-Undang Anti Deforestasi (EUDR).

Regulasi dari ini akan mewajibkan perusahaan lokal dan asing untuk menyediakan pernyataan uji kelayakan (due diligence) bahwa produknya tidak berkontribusi pada perambahan hutan secara liar, dan degradasi hutan di mana pun setelah 31 Desember 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×