Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Pasca mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 2012, laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk langsung melejit 212,53%. Padahal, pendapatan cuma naik 28,23%. Tahun ini, perusahaan tersebut optimistis pendapatan bisa tumbuh 20%-30% atau sekitar Rp 1,3 triliun.
Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati, Direktur Utama Adi Sarana Armada mengakui bahwa initial public offering (IPO) memberikan katalis positif terhadap kinerja bisnis Adi Sarana. Selain itu, "Kami juga berhasil meningkatkan efisiensi capital structure," kata Prodjo kepada KONTAN, Rabu (3/4).
Alhasil, Adi Sarana mencatatkan pendapatan Rp 1,02 triliun dan laba Rp 92,04 miliar. Tahun 2012, total pendapatan perusahaan ini sekitar Rp 793,86 miliar dan laba bersih Rp 29,45 miliar.
Perusahaan yang tercatat di BEI dengan kode ASSA ini meraup dana IPO Rp 530,4 miliar. Sebanyak 58% digunakan untuk menambah armada baru. Tahun 2013, perusahaan ini sudah membeli 3.800 unit armada baru.
Rupanya tahun ini, Adi Sarana kembali menerapkan strategi serupa. Perusahaan akan mendatangkan 4.000 mobil baru. Sebanyak 2.000 unit di antaranya untuk mengganti kendaraan lama.
Strategi ini masuk akal sebab sepanjang 2013, lini bisnis penyewaan mobil berkontribusi mayoritas hingga 59,50% atau mencapai Rp 605,75 miliar. Kontribusi ini meningkat 21,81% dibandingkan 2012.
Selama Januari 2014 kemarin, perusahaan sudah mendatangkan 200 mobil baru. Harga rata-rata per unit Rp 170 juta.
Selain menambah armada baru, dua strategi lain bakal dilakukan tahun ini. Pertama, memaksimalkan lini bisnis penjualan mobil bekas.
Tahun lalu, perusahaan ini bisa menjual sekitar 1.800 unit mobil bekas. Dus, sepanjang 2013, lini bisnis ini menyumbang sekitar 19,71% atau senilai Rp 200,68 miliar.
Prodjo menjelaskan, usia operasional mobil adalah lima tahun. Lebih dari usia itu, mobil masuk usia jatuh tempo dan sudah harus dijual.
Nah, lantaran tahun 2010 perusahaan ini sempat belanja 3.700 mobil baru, maka tahun 2015 nanti, lini bisnis ini sangat prospektif. Sebab, "Besar kecilnya penjualan kendaraan bekas pakai tergantung dari pembelian mobil baru yang dilakukan lima tahun sebelumnya," terang Prodjo.
Kedua, membangun balai lelang kendaraan bekas. Rencana ini sejatinya berhubungan dengan strategi perusahaan untuk menggenjot lini bisnis penjualan mobil bekas. Bukti keseriusan perusahaan adalah dengan mendirikan anak perusahaan baru, yakni PT Adi Sarana Lelang.
Adi Sarana mengalokasikan anggaran Rp 4 miliar-Rp 5 miliar untuk pengadaan balai lelang ini. Perusahaan memanfaatkan tanah milik sendiri seluas 2,7 hektare (ha) yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara. "Kami sedang mengurus perizinan," ujar Prodjo.
Berbekal aneka strategi tersebut, perusahaan ini optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan 20%-30%. Jika dihitung, berarti perusahaan mengincar pendapatan Rp 1,22 triliun-Rp 1,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News