kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.709   68,00   0,41%
  • IDX 8.071   9,99   0,12%
  • KOMPAS100 1.117   1,58   0,14%
  • LQ45 790   -3,94   -0,50%
  • ISSI 283   1,42   0,50%
  • IDX30 414   -1,50   -0,36%
  • IDXHIDIV20 471   -3,10   -0,65%
  • IDX80 123   0,26   0,21%
  • IDXV30 133   0,80   0,61%
  • IDXQ30 130   -0,58   -0,44%

Agar Konsumen Percaya, Produk Mebel Bakal Disertifikasi


Selasa, 14 Juli 2009 / 17:50 WIB
Agar Konsumen Percaya, Produk Mebel Bakal Disertifikasi


Reporter: Epung Saepudin | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Untuk meyakinkan konsumen asal Eropa dan Amerika Serikat terhadap produk mebel Indonesia, para produsen mebel dan kerajinan menerapkan eco labeling terhadap produk mereka khususnya ekspor.

Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono mengatakan, 2.500 eksportir mebel yang tergabung dalam Asmindo secara bertahap akan menerapkan sertifikasi eco labeling. "Sertifikasi itu meliputi sertifikasi Chain of Custody dan Verification of Legal Origin. Untuk 2009 ini, rencananya ada 200 eksportir yang disertifikasi. Tapi, sekarang baru 160 eksportir," ujarnya.

Asmindo sendiri menggandeng SNADA, sebuah lembaga nirlaba yang didanai USAID untuk merancang mekanisme sertifikasi tersebut. "Kami memang bekerjasama dengan mereka. Strategi sertifikasi ini dilakukan sebagai strategi pasar untuk meyakinkan konsumen bahwa produk dan bahan baku adalah legal," ujarnya.

Ambar bilang, selama ini, masih ada ketidakyakinan dari beberapa konsumen atau buyer di luar negeri terkait asal muasal produk kerajinan Indonesia. Misal ada yang menganggap bahan baku kayu atau mebel jadi berasal dari perusakan hutan atau mengambil secara ilegal.

Meski proyek SNADA kini hampir usai, Asmindo telah mampu mendirikan lembaga Asmindo Certificate Center (ACC) untuk melakukan sertifikasi terhadap produk anggotanya. "Saat ini sudah berdiri di Semarang, Yogyakarta dan Surabaya," imbuhnya.

Asmindo mengambil langkah tersebut karena mendapatkan transformasi sertifikasi. "Jadi saling menguntungkan, meski kerjasama SNADA selesai. Kini, kami sudah memiliki lembaga sertifikasi sendiri," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×