kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.714.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.430   20,00   0,12%
  • IDX 6.658   -7,45   -0,11%
  • KOMPAS100 946   -4,51   -0,47%
  • LQ45 743   -5,27   -0,70%
  • ISSI 209   1,33   0,64%
  • IDX30 387   -2,81   -0,72%
  • IDXHIDIV20 464   -3,50   -0,75%
  • IDX80 108   -0,60   -0,56%
  • IDXV30 110   -0,50   -0,45%
  • IDXQ30 127   -0,96   -0,75%

Agar Persaingan Tetap Sehat, Kehadiran Starlink Harus Disertai Regulasi


Kamis, 13 Maret 2025 / 09:04 WIB
Agar Persaingan Tetap Sehat, Kehadiran Starlink Harus Disertai Regulasi
ILUSTRASI. In this photo illustration, the Starlink logo is seen in the background of a silhouetted woman holding a mobile phone. (Photo by Rafael Henrique/Sipa USA via Reuters)


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sempat memantik kontroversi, kehadiran Starlink di Indonesia diharapkan membuka peluang baru dalam peningkatan akses konektivitas, khususnya di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Sehingga dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas masyarakat.

Maka, PT Bahar Konsultan Indonesia (Bahar) dan PT Alita Praya Mitra (Alita) berharap adanya adaptasi industri telekomunikasi Indonesia terhadap kehadiran  pemain global dalam teknologi satelit low earth orbit (LEO) itu..

Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024, penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5%. Namun masih ada lebih dari 60 juta penduduk yang belum memiliki akses internet yang stabil.

Selain itu, kesenjangan digital juga masih menjadi isu yang mewarnai dinamika masyarakat di Indonesia. Dii wilayah 3T, konektivitas masih menjadi tantangan utama. 

Baca Juga: Starlink Mendarat di India! Elon Musk dan Ambani Buat Kesepakatan Layanan Internet

Data dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menunjukkan, lebih dari 12.500 desa masih minim akses internet berkualitas. Sementara pasar telekomunikasi Indonesia tetap diperkirakan tumbuh 7,5%  per tahun, dengan pasar broadband mencapai US$ 11 miliar pada 2025.

Dalam kajian terbaru  Bahar dan Alita,  keberadaan satelit LEO seperti Starlink tidak hanya melengkapi infrastruktur jaringan, juga menghadirkan tantangan baru bagi ekosistem industri telekomunikasi domestik.

Maka, perlu pendekatan regulasi yang interdisipliner dan responsif agar persaingan tetap sehat serta mendukung pertumbuhan industri secara berkelanjutan.

Wahyuni Bahar, Managing Partner Bahar, menegaskan pentingnya penyesuaian kerangka regulasi dalam menghadapi era baru telekomunikasi ini. “Penyesuaian sangat krusial untuk memastikan persaingan yang adil dan pembangunan industri yang berkelanjutan,” imbuh Wahyu, dalam keterangannya, Rabu (12/3). 

Sementara itu, Direktur Utama Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya menjelaskan, inovasi teknologi seperti Starlink harus sejalan dengan kebijakan nasional.

Baca Juga: Apple Diam-diam Bersekutu dengan SpaceX, Integrasikan Internet Starlink di iPhone

“Kehadiran Starlink di Indonesia menambah dinamika industri telekomunikasi dan memberikan peluang untuk meningkatkan akses konektivitas berkecepatan tinggi, terutama di daerah 3T,” ujarnya. 

Namun, Teguh menekankan, penting bagi pemerintah sebagai regulator untuk memastikan bahwa integrasi teknologi ini berjalan seiring dengan kebijakan nasional. Termasuk aspek persaingan usaha, keamanan data, dan penguatan industri lokal.

Bahar dan Alita sepakat menegaskan, ekosistem telekomunikasi Indonesia harus mengambil langkah strategis untuk beradaptasi dengan kehadiran teknologi satelit LEO. Beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Dengan pendekatan yang tepat, industri telekomunikasi Indonesia dapat memanfaatkan kehadiran Starlink sebagai momentum untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif dan berdaya saing tinggi secara global. 

Selanjutnya: Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham Bank JMSR, SMDR & BBNI Kamis (13/3)

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Naik Rp 12.000 Hari Ini 13 Maret 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×