Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
“Untuk menjajaki penawaran tersebut, perseroan akan melakukan uji kelayakan (due dilligence) atas Grup Pinehill sebelum memutuskan apakah akan menerima penawaran tersebut atau tidak,” demikian tertulis dalam keterbukaan informasi di BEI tersebut. Ketika dihubungi kembali, manajemen belum memberikan info lebih lanjut.
Sementara itu di sektor industri petrokimia, Fajar Budiono, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengaku belum melihat akan ada agenda M&A di sektor ini. Terakhir kali, akhir tahun lalu akuisisi dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) terhadap Tuban Petro.
"Kalau di 2020 belum ada, begitupula dengan tahun depan. Saat ini bisnis plan industri banyak yang berubah," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4). Masing-masing pelaku usaha petrokimia, baik hulu maupun hilir, kata Fajar cenderung mempertahankan diri di tengah pasar yang melemah saat ini.
Baca Juga: Wabah virus corona mulai usik rencana aksi korporasi perbankan
Sedikit catatan Inaplas, Fajar merangkum dalam beberapa tahun belakangan terdapat beberapa aksi M&A yang signifikan seperti Lotte Chemical yang mengakuisisi Titan Petrokimia di tahun 2013 yang lalu. Sedangkan dari pemain global, pisahnya unit usaha polistirene milik Dow Chemical Company.
Beberapa alasan dan motivasi industri ini melakukan M&A ialah penguasaan bahan baku, pelebaran pasar, peningkatan teknologi produksi serta masalah keuangan. "Sebab siapa yang menguasai bahan baku, dia yang jadi leader di sektor ini," terang Fajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News