kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Alat pembayaran hambatan bisnis online domestik


Kamis, 04 September 2014 / 10:16 WIB
Alat pembayaran hambatan bisnis online domestik
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang BRI, Tangerang Selatan, Jumat (23/10/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Prospek bisnis belanja online alias e-commerce  di pasar lokal makin menjanjikan. Berdasarkan hasil survei The Nielsen Company Indonesia, penetrasi belanja online di kota-kota besar di Indonesia cukup potensial.

Menurut lembaga riset ini, dari jumlah penduduk di kota besar semacam Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan serta Makasar yang melek internet, sekitar 31% beraktivitas e-commerce. "Sepertiga dari populasi sudah melakukan aktivitas e-commerce baik untuk belanja atau sekedar mencari informasi produk," kata Anil Antony, Executive Director Consumer Insights The Nielsen Company Indonesia, Rabu (3/9).

Ia memprediksi, enam bulan nanti, ada lima produk dan jasa yang bakal dilirik konsumen domestik. Urutannya adalah reservasi tiket pesawat online (55%), reservasi tur dan hotel (46%), pembelian e-books (40%), pembelian baju, sepatu dan aksesori (37%) dan pembelian tiket event (34%).

Selain keinginan untuk membeli produk dan jasa, biasanya e-commerce di Indonesia juga masih banyak digunakan sebagai perantara mencari informasi sebelum bertransaksi. Adapun item pencarian informasi berdasarkan urutan terasa adalah soal produk olahraga (24%), produk kosmetik (20%), perlengkapan bayi (18%) serta aksesoris mobil dan motor (18%). "Dari gender, kebanyakan yang melakukan e-commerce laki-laki, karena di Indonesia kegiatan belaja online lebih banyak mencari referensi ketimbang transaksi," jelasnya.

Sayang, kekhawatiran sistem pembayaran secara aman di belanja online menjadi penghalang pertumbuhan bisnis ini. Seperti kurang percaya dengan pembayaran kartu kredit, konsumen masih berat membayar biaya pengiriman, serta informasi produk di situs kerap kurang detil.

Menurut Shinta Dhanuwardoyo, Chief Executive Officer dan pendiri bubu.com, untuk mendongkrak bisnis belanja online domestik dibutuhkan strategi utama yaitu  penyamarataan alat pembayaran. "Yang membuat e-commerce di Indonesia tidak berkembang karena alat pembayaran tidak stadar," katanya ke KONTAN sambil bilang transaksi kartu kredit lebih bagus ketimbang kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×