Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Walau banyak yang menentang, pemerintah tetap menjalankan rencananya untuk menjadikan PT Aldevco, perusahaan hilir alumunium swasta, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sekretaris Kementerian Negara BUMN mengatakan ia akan tetap menjadikan PT Aldevco sebagai BUMN baru. Pasalnya, pemerintah tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk pengambilan alih. "Kalau ada yang ngasih kenapa ditolak," tegasnya.
Menurut Said, jika pengajuan permintaan pengalihan ini ditolak, maka akan menjadi masalah baru. Pasalnya, permintaan ini sebagai potensi aset negara. Jika ditolak, maka akan ada kerugian terhadap negara karena menghilangkan aset negara.
Nah, agar rencana ini berjalan efektif, maka Aldevco sedang dibahas oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP akan mengaudit tentang asetnya.
Selain diaudit BPKP, kementrian BUMN juga akan melakukan audit terhadap industrinya. Apakah Aldevco masih mampu dikembangkan kembali dari segi industri. "Pastinya tetap akan kita audit," tandasnya.
Said yakin jika PT Aldevco akan mampu beroperasi karena PT Indonesian Asahan Alumunium (Inalum) akan memberikan suplai bahan bakunya. Selama ini, Aldevco tidak beroperasi sejak berdiri, yakni 1988 karena ketiadaan bahan baku.
Apalagi, Inalum sudah menunjukkan perbaikan alias telah mendatangkan keuntungan. Pada 2005, Inalum telah memproduksi alumunium sebanyak 225.000 ton pertahun dan pada 2006 meningkat menjadi 250.000 ton pertahun. Produksi ini tentu saja mendatangkan laba buat perusahaan sebesar US$ 1 juta. Padahal, sejak mulai berdiri 1983 perusahaan ini selalu merugi.
Namun, Said belum mau mengatakan apakah Aldevco akan dijadikan anak usaha atau dilebur kedalam Inalum. "Belum tahu, semua masih dalam kajian," katanya.
Ansari Bukhari, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian mengatakan sebaiknya kementerian BUMN mengkaji kembali pengambilalihan tersebut. "Apa manfaatnya buat pemerintah jika selama ini tidak pernah untung," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News