Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Beberapa pengembang mulai aktif dalam mengembangkan kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan Gunung Sindur yang berada di perbatasan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kota Tangerang Selatan, Banten ini pun tengah berkembang saat ini. Di beberapa tempat di kawasan tersebut sudah terbangun beberapa kluster perumahaan.
Berdasarkan pengematan KONTAN di kawasan tersebut, harga yang ditawarkan di perumahan-perumahan tersebut pun cukup bervariatif. Harga perumahan di kawasan Gunung Sindur paling rendah dibandrol sebesar Rp 180 jutaan dengan luas tanah sebesar 60 meter persegi dan luas bangunan 36 meter persegi.
Adapula perumahan yang ditawarkan dengan harga sebesar Rp 375 jutaan dengan luas tanah 60 m2 dan luas bangunan 55 m2 yang terdiri dari dua lantai. Adapula yang menawarkan perumahan dengan harga Rp 500 jutaan dengan luas tanah mencapai 500 meter persegi. Terakhir, harga perumahan di kawasan tersebut juga sudah bisa menembus hingga Rp 1,1 miliar dengan luas 120 meter persegi dan luas bangunan 98 meter persegi yang terdiri dari dua lantai. Sementara itu, untuk harga tanah di kawasan ini pun sudah cukup tinggi. Harga tanah di kawasan Gunung Sindur yang mengarah ke Parung Panjang, Bogor, sudah dijual mulai dari Rp 900.000 hingga Rp 1 jutaan.
Para pengembang cukup yakin atas pengembangan kawasan Gunung Sindur dengan mematok harga yang terbilang cukup tinggi. Padahal kawasan Gunung Sindur yang masih terbilang sejuk ini masih memiliki masalah akses jalan yang tidak kunjung selesai hingga saat ini. Akses jalan menuju Gunung Sindur dari arah Serpong di beberapa bagian masih terlihat rusak cukup parah dengan banyaknya lubang-lubang yang cukup dalam hingga 10cm-20 cm.
Salah satu warga yang ditemui KONTAN mengatakan saat ini kondisi jalan di Gunung Sindur sudah lebih baik sejak dilakukannya perbaikan jalan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor setahun lalu. Namun anehnya, tidak semua jalan sepanjang kawasan Gunung Sindur diperbaiki. "Akibat masih banyaknya jalan yang rusak, maka ketika kendaraan yang melintas cukup padat akan terjadi kemacetan,"ujar Dedi.
Prospek Gunung Sindur menurut pandangan Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji akan berkembang ke depannya karena wilayah Serpong yang merupakan alternaif pilihan bagi para pencari properti sudah mulai padat. Namun, sayangnya tidak terlihat rencana infrastruktur terutama jalan tol yang mengarah ke Gunung Sindur.
Perkembangan yang lebih pesar akan lebih terlihat pada kawasan Parung Panjang dimana di kawasan tersebut akan dibangun jalan tol terusan dari tol Serpong menuju Balaraja. "Daerah Gunung Sindur sendiri infrastruktur jalan masih kurang bagus karena jalanan kecil, sempit, dan banyak truk-truk juga jadi banyak jalan rusak. Memang harus ditingkatkan infrastrukturnya dan akses jalan terlebih dahulu,"ujar Hasan.
Biarpun begitu, Hasan memprediksi masih akan ada imbal hasil dan kenaikan harga dari properti yang dijual disana. Hasan memprediksi kenaikan harga dan imbal hasil di kawasan Gunung Sindur tidak akan terlalu tinggi dan hanya mengikuti kenaikan inflasi tahunan. "Seperti tahun 2014, inflasi mencapai 8% maka kenaikan harganya pun tidak jauh dari angka tersebut," ujar Hasan.
Hasan beralasan masih rendahnya tingkat kenaikan harga properti di Gunung Sindur akibat akses jalan yang rusak dan tidak adanya fasilitas transportasi bagi para kaum urban yang biasanya mencari rumah di sekitar wialayh Serpong. Umumnya kebutuhan akan perumahan diikuti oleh infrastruktur karena aksesnya bagus. Kalau akses bagus baru akan ada demand yang cukup tinggi.
"Kunci utama mengikuti perkembangan infrastruktur, perumahan butuh aksesibilitas. Itu jadi pilihan orang dibanding akses tidak bagus. Kedua transport juga harus ada agar orang yang membeli rumah di sana bisa memiliki saran transprotasi ke Jakarta yang lebih mudah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News