kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.549   58,00   0,35%
  • IDX 6.772   4,88   0,07%
  • KOMPAS100 979   0,20   0,02%
  • LQ45 761   -0,95   -0,12%
  • ISSI 215   0,06   0,03%
  • IDX30 395   -0,13   -0,03%
  • IDXHIDIV20 472   0,43   0,09%
  • IDX80 111   -0,21   -0,19%
  • IDXV30 115   -0,76   -0,66%
  • IDXQ30 130   0,05   0,04%

Anak muda enggan terjun ke sektor perkebunan


Senin, 04 Mei 2015 / 16:00 WIB
Anak muda enggan terjun ke sektor perkebunan
ILUSTRASI. People wearing face masks are seen outside a McDonald's restaurant in Wuhan, Hubei province, the epicentre of China's coronavirus disease (COVID-19) outbreak, March 30, 2020. REUTERS/Aly Song


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Sektor perkebunan nasional masih banyak menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar. Tantangan dari luar misalnya, kampanye negatif soal sawit Indonesia yang dinilai merusak kelestarian lingkungan. Sedangkan tantangan dari dalam negeri antara lain, sikap generasi muda yang enggan terjun ke sektor perkebunan.

Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara Herawati menyebutkan, banyak remaja di Indonesia khususnya yang tinggal di perkotaan kurang mengenal keunggulan dari nilai ekonomis kelapa sawit. Justru, "Mereka terpengaruh atas gencarnya kampanye negatif atau persepsi buruk tentang kelapa sawit yang merusak lingkungan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Senin (4/5).

Sementara hal yang sama terjadi di komoditas lada. “Sebagian besar orang yang bekerja di kebun lada telah berumur di atas 40 tahun," aku Kelapa Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Ediyanto. Mirisnya, anak-anak petani yang sudah mendapatkan pendidikan tinggi justru enggan untuk kembali ke kebun.

Tak jauh berbeda dengan problem di perkebunan pala. Banyak anak muda yang tidak mengenal komoditas pala yang pernah mencapai masa keemasan semaca zaman penjajahan. “Apakah anak-anak di Jawa dan Sumatra mengenal tentang pala,“ sebut Mus Tuanaya, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Maluku.

Padahal, sejarah membuktikan bahwa dahulu orang-orang asing berupaya bisa menjangkau Indonesia salah satunya adalah karena pala. Sebab itu, rencananya, gubernur Maluku akan menyusun buku tentang pala yang ditulis secara populer. "Ini mungkin cara kami untuk mengampanyekan pala kepada anak-anak dan remaja di Indonesia”, ujar Mus Tuanaya.

Herawati mengamini, memang perlu kampanye yang lebih luas dan masif terhadap komoditas perkebunan nusantara kepada anak-anak sejak dini. Menurutnya, tanaman perkebunan tidak semata-semata sebagai tanaman yang pengelolaannya mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tapi sebagian dari tanaman perkebunan seperti aren dan karet juga mempunyai fungsi konservasi yang sangat baik untuk pelestarian lingkungan.

“Kami juga berharap kepada PTPN, pihak perkebunan besar swasta nasional dan perkebunan besar swasta asing agar berperan lebih aktif lagi dalam menepis isu negatif tentang sawit," harapnya.

Herawati dan Ediyanto memiliki pemikiran yang sama agar komoditas unggulan Indonesia dikenalkan kepada anak-anak sejak dini lewat jalur pendidikan. “Jangan sampai anak Indonesia lebih mengenal bunga sakura dan tulip, ketimbang lada yang notabane telah menjadi komoditas unggulan khas Indonesia," terang Ediyanto.

Tak cuma itu, Herawati bilang, sudah saatnya Indonesia memiliki museum perkebunan yang ditata sedemikian rupa, sehingga menarik bagi generasi muda. Lewat media museum, sejarah perkebunan Indonesia bisa diketahui oleh kaum remaja.  

“Rencana pembangunan meseum tersebut oleh Kementerian Pertanian sudah diinisiasi. Setahu saya, desain tata bangunan museum sudah selesai hanya pembangunannya yang belum terlaksana," imbuh Herawati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×