kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Anggaran revitalisasi perkeretaapian masih minim


Minggu, 20 Maret 2011 / 12:17 WIB
Anggaran revitalisasi perkeretaapian masih minim
ILUSTRASI. Pengendara melintas di depan Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Ellen Hidayat mengatakan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19 di ruang publik, pusat perbelanjaan Plaza I


Reporter: Mia Winarti Syaidah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menuntut pemerintah mengalokasikan anggaran yang memadai bagi perkeretaapian. Desakan anggaran itu guna memenuhi program revitalisasi perkeretaapian yang membutuhkan dana 19 triliun.

Ketua Forum Perkeretaapian MTI Djoko Setijowarno bilang, anggaran perkeretapian selama ini tidak seimbang dengan Backlog perkeretaapian Indonesia yang mencapai hampir 17,4 triliun per tahun anggaran. Sebelumnnya diketahui anggaran sektor perkeretapian kurang dari 1 triliun pertahun, namun setelah terbentuk Ditjen meningkat menjadi 4-5 triliun pertahun anggaran.

Menurut Djoko, masalah anggaran tersebut tidak hanya terletak pada PT Kereta Api Indonesia (KAI), tetapi juga institusi Kementerian Keuangan yang mengatur anggaran tersebut.

Untuk itu menurut Djoko perlu ada terobosan tersendiri mengingat dalam kurun waktu ke depan sektor transportasi akan sangat menentukan kemampuan peningkatan perekonomian nasional.
Dengan menaikan tarif BBM untuk kendaraan pribadi yang selama ini dilakukan pemerintah menurut Djoko tak sepenuhnnya akan mengalihkan masyarakat menggunakan transportasi umum seperti KA dan bus.

Karena itu Djoko menambahkan selama ini sektor perkeretaapian yang tak mendapat BBM subsidi semestinya menjadi prioritas untuk diberikan subsidi tanpa melihat strata atau komoditi yang diangkut seperti halnya moda jalan raya yang semuanya mendapat BBM subsidi tanpa terkecuali.

"Lebih baik negara memberi subsidi transportasi umum saja ketimbang kendaraan pribadi, itu sebagai wujud keberpihakan pemerintah terhadap transportasi rakyat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×