Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Timah Tbk (TINS) paling merana dibandingkan emiten tambang BUMN lainnya. TINS absen membagi dividen pada tahun ini usai berbalik menanggung kerugian Rp 449,69 miliar pada tahun lalu.
"Perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Apalagi pada tahun 2024 kami memiliki kewajiban utang obligasi dan sukuk yang akan jatuh tempo di bulan Agustus," ungkap Direktur Keuangan TINS Fina Eliani dalam konferensi pers, beberapa waktu lalu.
Asal tahu saja, sepanjang 2023, pendapatan TINS anjlok 32,88% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi Rp 8,39 triliun. Secara bottom line, TINS berbalik dari laba bersih Rp 1,04 triliun di 2022 menjadi rugi bersih Rp 449,69 miliar pada 2023.
Memasuki tahun 2024, kinerja TINS pun belum pulih. Hingga kuartal pertama, pendapatan TINS menyusut 5,53% (YoY) menjadi Rp 2,05 triliun. Sedangkan laba bersih TINS anjlok 41,23% (YoY) menjadi Rp 29,54 miliar pada kuartal I-2024.
Baca Juga: Yakin Raih Laba, Timah (TINS) Sebut Tahun Ini Akan Jadi Titik Balik
Direktur Utama Timah Ahmad Dani Virsal menyatakan bahwa penurunan kinerja pada tahun 2023 memacu TINS untuk melakukan perbaikan dari organisasi maupun strategi produksi. Ahmad lantas menyoroti adanya perbaikan harga timah yang memunculkan harapan untuk bisa memperbaiki kinerja di tahun ini.
"Demand terhadap logam timah terus meningkat, sedangkan pasokan tahun ini terkoreksi jauh dibandingkan tahun lalu, sehingga harga membaik. Kami ingin memanfaatkan momentum dengan meningkatkan produksi sambil menjaganya agar bisa terserap pasar," ungkap Ahmad.
Apalagi, kinerja penjualan TINS juga sudah berjalan normal. Sebelumnya, ada kendala administrasi berupa keterlambatan dalam penerbitan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), yang menyebabkan TINS tidak bisa melakukan ekspor pada Januari dan Februari.
"Mulai Maret kami sudah bisa ekspor," imbuh Ahmad.
Guna mengoptimalkan produksi, TINS melakukan investasi untuk menerapkan teknologi baru dalam penambangan maupun proses peleburan. Pada tahun lalu, teknologi baru tersebut sudah terpasang pada proses peleburan, namun belum optimal.
Baca Juga: Strategi Timah (TINS) Kembali Cetak Laba Usai Rombak Direksi dan Absen Bagi Dividen
"Di 2024 ini akan kami operasikan di semester II," kata Ahmad.
Dalam menopang kegiatan usahanya, Fina mengatakan pada tahun ini TINS mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 750 miliar, termasuk untuk anak usaha. Hingga kuartal pertama, realisasi capex TINS masih mini, yakni sekitar Rp 40 miliar.
Anggaran capex TINS di 2024 lebih tinggi ketimbang realisasi capex 2023 sebesar Rp 443 miliar. "Karena kami mengendalikan investasi untuk menjaga kinerja, terutama dari sisi cash flow," ujar Fina.
Mempertimbangkan outlook dari pemasaran dan perbaikan tata kelola niaga timah di Indonesia, Fina optimistis TINS bisa kembali membukukan laba. Adapun, asumsi harga jual timah untuk tahun ini berada di kisaran US$ 23.000 - US$ 30.000 per metrik ton.
Apalagi, harga timah saat ini sudah berada di atas US$ 30.000. "Kami yakin di 2024 merupakan titik balik bagi Timah, dimana kami optimistis dapat membukukan laba yang positif, jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian 2023," tandas Fina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News