kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

ANJT meninjau ulang dana belanja modal


Jumat, 08 Mei 2020 / 04:20 WIB
ANJT meninjau ulang dana belanja modal


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) meninjau ulang alokasi dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2020 dan rencana peruntukannya. Potensi resesi ekonomi global lantaran pandemi korona (Covid-19) menjadi pertimbangan utama perusahaan agribisnis itu.


Awalnya, manajemen Austindo menganggarkan dana capex sebesar Rp 600 miliar di sepanjang tahun ini. Dana tersebut bersumber dari kas internal dan pendanaan eksternal. 

ANJT akan memanfaatkan dana capex antara lain untuk pemeliharaan tanaman muda yang belum menghasilkan dan pembangunan lini kedua pabrik kelapa sawit (PKS) di Ketapang, Kalimantan Barat. Mereka ingin kapasitas pabrik kelapa sawit di Ketapang meningkat dari 45 ton per jam menjadi 90 ton per jam. 


Belakangan, pemeliharaan tanaman muda tak lagi masuk dalam prioritas penggunaan dana capex. "Program capex yang tetap akan dilaksanakan pada 2020 adalah penyelesaian lini kedua pabrik kelapa sawit di Kalimantan Barat serta penyelesaian fasilitas pengolahan sayuran beku di Jawa Timur," ungkap Lucas Kurniawan, Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk kepada KONTAN, Kamis (30/4).


Selain mempengaruhi agenda kerja, Austindo memperkirakan kinerja pada tahun ini bakal terganggu. Alhasil, perusahaan tersebut belum bisa memprediksikan target kinerja keuangan sepanjang 2020.

ANJT hanya bisa mengharapkan, paling tidak volume penjualan dan produksi minyak sawit alias crude palm oil (CPO) tahun ini sama seperti tahun lalu. Sepanjang tahun 2019, mereka memproduksi hingga 240.844 metrik ton (mt) CPO dan menjual  239.800 mt CPO.


Austindo cukup yakin, perkebunan di Papua Barat yang mulai berproduksi secara komersial pada kuartal pertama tahun ini akan turut menunjang target volume produksi dan penjualan di sepanjang 2020. Pengelola perusahaan ini juga bertekad meningkatkan kualitas CPO agar sejalan dengan kebutuhan industri minyak sayur konsumsi.


Sementara itu, volume produksi maupun penjualan CPO Austindo dalam tiga bulan pertama tahun ini sebenarnya turun. Produksi CPO pada kuartal I tahun ini sebanyak 51.511 metrik ton (mt) atau menyusut dibandingkan periode yang sama tahun lalu 52.224 mt. Adapun volume penjualan CPO turun dari 50.700 mt menjadi 49.400 mt pada tiga bulan awal 

Namun rata-rata harga jual CPO naik dari semula US$ 468 per mt pada kuartal I tahun lalu menjadi US$ 625 per mt pada kuartal I tahun ini. Begitu pula dengan rata-rata harga jual palm kernel oil (PKO) atau inti sawit yang tumbuh menjadi US$ 338 per mt. Sementara pada periode tiga bulan tahun lalu sebesar US$ 303 per mt.


ANJT menjelaskan, volume produksi dan penjualan CPO kuartal I 2020 turun terimbas cuaca kering pada semester II 2019 dan siklus tanam yang memasuki masa pemulihan. Sementara kenaikan rata-rata harga jual mampu mendongkrak kinerja penjualan mereka selama triwulan pertama.


Hingga 31 Maret 220, sebanyak 98,51% pendapatan ANJT berasal dari penjualan minyak sawit dan inti sawit atau senilai US$ 36,24 juta. Mereka juga meraih kenaikan pendapatan dari segmen usaha sagu dan energi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×