kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Antam (ANTM) Beberkan Perbedaan dan Fungsi Nikel Kadar Tinggi dan Kadar Rendah


Selasa, 28 Juni 2022 / 22:51 WIB
Antam (ANTM) Beberkan Perbedaan dan Fungsi Nikel Kadar Tinggi dan Kadar Rendah
ILUSTRASI. feronikel Antam


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikel kadar tinggi dan nikel kadar rendah memiliki fungsi yang berbeda. Di Indonesia, nikel kadar tinggi atau saprolite lebih mudah dijual karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah tersedia. Sedangkan nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap.

Tak heran jika potensi saprolite terus berkurang di Indonesia, hanya sekitar 930 juta ton, seperempat dari limonite yang mencapai 3,6 miliar ton. Lalu apa manfaat kedua jenis kadar nikel tersebut?

Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 6.000 Menjadi Rp 988.000 Per Gram Pada Hari Ini (28/6)

Menurut Corporate Secretary PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Syarif Faisal Alkadrie, bijih nikel laterit dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu saprolite yang merupakan bijih nikel dengan kandungan besi (Fe) yang rendah dan kadar nikel yang lebih tinggi, termasuk elemen lainnya seperti magnesia (MgO), dan kalsium (CaO).

“Sementara untuk limonite memiliki karakteristik sebaliknya dari saprolite. Bijih saprolite biasanya memiliki kadar nikel 1,5%-3% sementara untuk bijih limonite memiliki kadar nikel 0,8%-1,5%,” katanya.

Faisal melanjutkan, saprolite banyak diolah melalui sistem Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang nantinya menghasilkan produk berupa Nickel Pig Iron (NPI), Feronikel (FeNi), atau Nickel Matte.

“Di Antam sendiri, bijih saprolite digunakan untuk kebutuhan feeding (umpan) ke pabrik feronikel di Pomalaa serta penjualan ke pasar domestik,” tambah Faisal.

Sedangkan bijih limonite, umumnya diolah melalui sistem High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan produk berbasis nikel sulfida atau sebagai nikel hidroksida, yang biasanya digunakan untuk material logam nickel based, termasuk elemen EV Battery.

Ia menambahkan, pada dasarnya HPAL merupakan proses leaching dengan menggunakan asam sulfat pada tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam autoclave, yang nantinya akan menghasilkan produk akhir berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat.

“Proses hidrometalurgi, salah satunya HPAL, cenderung lebih sesuai untuk limonite yang kandungan MgO-nya rendah,” imbuhnya.

Baca Juga: Berniat Investasi Emas Antam? Berikut Tipsnya

Terkait potensi pemanfaatan bijih limonite untuk proyek EV Battery, Faisal menyebut pihaknya sudah siap dengan berbagai strategi yang akan dijalankan. Terlebih saat ini Antam menjadi bagian proyek besar EV Battery, bersama MIND ID dan IBC.

“Kami juga optimistis dengan adanya rencana pengembangan EV Battery akan memaksimalkan pemanfaatan bijih limonite melalui pengolahan di pabrik HPAL, dan akan memberikan kontribusi pendapatan yang optimal kepada perusahaan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×