Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Salah satu Badan usaha Milik Negara (BUMN) tambang, PT Antam (Persero) Tbk menyatakan siap jika diperintahkan untuk mengakuisisi tambang milik PT Freeport Indonesia, di Grasberg, Papua.
Namun, pembelian tersebut harus dalam skema holding BUMN tambang. Hal itu ditegaskan oleh Presiden Direktur Antam Arie Prabowo Ariotedjo, saat acara buka bersama wartawan di Jakarta, Rabu (15/6).
"Kalau hanya Antam sendiri yang maju, keuangan kami belum mampu (mengakuisisi tambang Freeport). Tetapi jika dalam bentuk holding, maka balance sheet holding bisa jadi modal untuk lebih sigap mengembangkan bisnis, termasuk modal jika akan mengakuisisi Freeport," papar Arie.
Menurut dia, saat ini pembahasan mengenai holding BUMN tambang sudah sampai pada tahap judicial review. Dengan demikian, aturan mengenai BUMN tambang akan segera terbit. Namun, untuk kapan aturan ini akan digelontorkan, tetap menunggu keputusan dari Kementerian BUMN.
"Dampak holding tidak akan berdampak ke Antam maupun BUMN tambang lain. Sebab holding ini sifatnya strategic holding bukan operating holding," lanjut Arie.
Dengan demikian, diperkirakan akan ada share services yang terjadi antar-BUMN tambang tersebut. Misal pada layanan teknologi informasi (TI), pemasaran, serta pada anak-anak usaha.
"Dampaknya holding BUMN tambang akan lebih efisien dari segi cost, sinergi dan mempunyai kekuatan dari sisi balance sheet," pungkas Arie.
Sekadar informasi, Antam saat ini mendasarkan bisnisnya pada komoditas tambang nikel, bauksit dan emas. Emas saat ini menjadi 70 persen penopang bisnis Antam.
Komoditas emas menyumbang nilai penjualan Rp 1,16 triliun di kuartal I 2017 dari total nilai penjualan 1,65 triliun.
Hingga kuartal I 2017, laba bersih Antam naik 25 persen menjadi Rp 6,64 miliar dibandingkan laba bersih kuartal I 2016.
Sepanjang 2017, Antam menargetkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 2,55 triliun. Jumlah capex naik signifikan dari Rp 988,25 miliar di 2016.
Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 2,07 triliun akan dialokasikan untuk pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur. Proyek ini diperkirakan akan menelan dana total Rp 3,5 triliun dan diestimasi rampung pada 2018.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan, jika holding pertambangan terbentuk, maka divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia dapat dikelola oleh holding tersebut.
"Pemerintah sedang berupaya menuntaskan holding tambang dengan menyatukan empat BUMN. Holding BUMN tambang bisa menjadi pemegang saham mayoritas di Freeport," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K Ro, di Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Menurut Aloysius, PT Indonesia Asahan Aluminium yang disiapkan sebagai induk holding BUMN tengah menunggu Peraturan Pemerintah (PP) sebagai payung hukum pembentukan Holding Pertambangan. (Aprilia Ika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News