Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) mengatakan krisis global saat ini sudah menghantam industri hilir dan hulu ban, Ketua APBI Aziz Pane mewanti-wanti industri ban kemungkinan lebih tergoncang di tahun 2023.
Aziz mengatakan sejak September 2022, APBI sudah merasakan dampak krisis global, pasalnya perusahaan-perusahaan ban yang masuk dalam keanggotaan APBI sudah tidak bisa ekspor lagi seperti sebelumnya.
“Kita sejak September 2022 sudah terdampak krisis global, kita gak bisa ekspor, karena negara-negara tujuan ekspor kita seperti Amerika dan Eropa mereka sama sekali gak impor ban kita lagi, tahun depan mungkin bisa lebih parah lagi industri ekspor kita (ban),” kata Aziz saat dihubungi Kontan beberapa hari lalu.
Baca Juga: Neraca Komoditas Ban Belum Jelas, APBI Surati Menko Perekonomian
APBI memperingatkan Industri ban di tahun 2023 akan mengalami kemerosotan, maklumlah 80% penjualan produksi ban Indonesia bergantung pada pasar ekspor global. Jika krisis ekonomi masih melanda negara-negara Eropa dan Amerika, maka ekspor ban dari tanah air diprediksi akan jatuh bebas, karena tidak adanya permintaan pasar.
“Bulan September (2022) kita (Industri ban) sudah terdampak krisis global, jadi kita gak bisa ekspor. Padahal 80% produk ban kita itu ekspor, tahun 2023 saya meragukan industri ini, tapi mari kita lihat hingga Februari ke depan,” kata Aziz.
Azis mengaku pasar domestik memang jauh di bawah permintaannya jika dibandingkan pasar ekspor. Ia mengatakan pasar domestik hanya berkontribusi sebesar 15% dari total penjualan ban, sisanya (15%) menyasar pasar untuk menyuplai pabrik produksi otomotif, seperti pabrik mobil dan kendaraan truk lainnya.
Sebelum krisis global dan pandemi, perusahaan di industri ban bisa memproduksi hingga 200 juta ban per tahunnya, saat pandemi Covid 19, industri mulai terpuruk dan hanya bisa produksi 50 juta ban.
Namun tahun 2022, industri ban mulai mengalami peningkatan produksi mengingat pasar otomotif dalam negeri sempat menggeliat karena kendaraan listrik dan lainnya. Namun ternyata Aziz sangat menyayangkan dengan terjadinya krisis global.
Baca Juga: Wamendag: Produk Ban Kendaraan Indonesia Cukup Kompetitif di Pasar Amerika Selatan
“Kita kalau normal itu bisa produksi sampai 200 juta ban, tapi sekarang ini kita cuma bisa produksi 80 juta ban. Lebih merosot lagi waktu pandemi Covid, kita cuma produksi 50 juta ban, nah semenjak krisis global kita gak bisa ekspor, permintaannya gak ada dari sana,” kata Aziz.
Azis memperkirakan dengan adanya krisis global dan musim dingin yang melanda, negara-negara barat nampaknya lebih mengutamakan ketahanan pangannya.
“Perkiraan kita mereka saat ini sedang menghadapi situasi krisis global dan juga musim winter, jadi mereka sepertinya lebih mengutamakan produk pangan terlebih dahulu,” kata Aziz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News