Reporter: Erika Anindita | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tahun 2013 tinggal menyisakan waktu empat bulan sebelum memasuki tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga kuartal II-2013 masih berusaha digenjot pemerintah, agar target di APBN-P sebesar 6,3% bisa tercapai.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi mengatakan, menghadapi 2014, ada perkiraan pertumbuhan pada sektor industri.
Ia bilang, ada beberapa industri yang akan berkembang, yakni sektor makanan dan minuman, farmasi, serta properti. Catatan untuk industri farmasi, menurutnya, akan bertumbuh sedikit meski ada penurunan dari target.
Sementara untuk industri properti yang selama tiga tahun terakhir naik secara signifikan, Sofjan bilang, pada tahun depan pertumbuhannya masih berjalan.
Meski begitu, terselip sedikit kekhawatiran. "Tetapi saya takut juga properti kita over-heating," ungkapnya di Jakarta, Kamis (15/8).
Keraguan Sofjan senada dengan laporan Bank Dunia yang bertajuk Indonesia Economic Quarterly.
Bank Dunia mencatat harga jual apartemen di Jakarta sampai akhir 2012 sudah naik 43% dibanding akhir 2011 (year-on-year). Dalam laporan yang dirilis 18 Maret 2013 itu, Bank Dunia menyatakan properti Indonesia bisa berisiko mengalami bubble.
Adapun mengenai sektor sumber daya alam (SDA/natural resources) Sofjan mengklaim, tahun depan sektor ini pasti tidak akan mengalami kenaikan.
"Itu (sektor SDA) pasti akan menurun tahun depan, sebab harganya juga turun. Kebijakan pemerintah juga tidak membolehkan menjual bahan mentah," paparnya.
Prediksi bernada sama ditujukan untuk sektor manufaktur. "Sektor manufaktur juga nggak bisa naik, karena cost kita naik semua," keluhnya.
Sofjan turut mengkritik high cost economy Indonesia yang tidak kunjung turun. "Dan pemerintah sama sekali tidak ada usaha untuk mengurangi high cost economy itu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News